TEMPO.CO, Jakarta - Warga yang mengungsi dari lereng Gunung Ili Lewotolok atau Gunung Ile mencapai lebih dari 9.000 orang. Mereka tersebar di pos pengungsian maupun rumah-rumah warga. Pengungsi yang berada di fasilitas publik tersebar di 11 titik, dengan yang terbanyak di kantor bupati lama yakni 1.383 jiwa. Sedangkan yang ditampung di rumah keluarga tersebar di 20 desa.
Data per Sabtu malam itu disampaikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam situs webnya pada pada Minggu malam ini, 6 Desember 2020. Di sana disebutkan bahwa langkah-langkah penanganan darurat dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata dibantu dengan berbagai unsur.
"Sejak awal, mereka membantu untuk melakukan evakuasi warga yang berada di kawasan bahaya menuju ke tempat pengungsian di Kecamatan Lewoleba dan Hadakewa," bunyi keterangan yang dibuat Raditya Jati, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, itu.
Pemerintah daerah memisahkan pengungsi dari kelompok rentan di los Pasar Lamahora ke SMP Santa Theresia. Selain sekolah ini, pemda juga menyediakan 15 gedung sekolah untuk dijadikan pos pengungsian untuk kelompok rentan. Pemda juga menjanjikan tambahan maupun membangun baru MCK di pos-pos pengungsian.
Status vulkanik Gunung Ili Lewotolok masih berada pada level III atau ‘Siaga.’ Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan rekomendasi zona perkiraan bahaya di dalam area kawah gunung dan di seluruh area dalam radius 4 kilometer dari puncak atau pusat aktivitas Ile Ape atau gunung api itu.
Di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Pusat Pengendali Operasi BPBD setempat melaporkan aktivitas vulkanik Gunung Semeru masih terus terjadi hingga Minggu 6 Desember 2020. Pada pukul 06.00 pagi, awan panas guguran teramati dengan jarak luncur 1.500 meter.
Di samping awan panas guguran, letusan teramati pertama kali dengan tinggi asap 400 meter dari puncak. Asap terpantau putih tebal dan condong mengarah ke utara. Letusan berikutnya dengan tinggi kolom hingga 500 meter di atas puncak. Asap putih tebal masih condong mengarah ke utara.
Sedangkan guguran awan panas terjadi empat kali dengan jarak luncur hingga 500 meter dari ujung lidah lava ke arah Besuk Kobokan. Menyikapi aktivitas vulkanik ini, pemerintah daerah tetap siaga dan terus memantau Gunung tertinggi di pulau Jawa itu.
Sebelumnya, pada Sabtu menjelang tengah malam, awan panas guguran terjadi dengan jarak luncur 1,5 kilometer ke arah Besuk Kobokan. Peristiwa itu disusul 172 warga mengungsi ke SD Supiturang 4 pada Minggu dinihari.
Tempat pengungsian sementara yang disiapkan pemerintah daerah setempat berada di lapangan Dusun Kamar Kajang dengan dilengkapi tenda keluarga sebanyak 2 unit. Di lokasi itu, tersedia dapur umum yang dioperasionalkan oleh PMI Kabupaten Lumajang dan Dinas Sosial Kabupaten Lumajang serta 1 unit tangki air bersih.
Kemudian tempat pengungsian lainnya berada di lapangan Desa Supiturang, SDN 4 Supiturang, SDN Sumberwuluh, Pos pantau Gunung Sawur dan Posko Bencana Balai Ds. Supiturang. Hingga kini, PVMBG masih menetapkan status vulkanik Gunung Semeru pada level II atau Waspada.