Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penelitian LIPI: Konten Lokal Animasi Masih Belum Digarap Serius

image-gnews
Serial animasi Petualangan Didi dan Hatsu. Foto: Youtube Daihatsu
Serial animasi Petualangan Didi dan Hatsu. Foto: Youtube Daihatsu
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Kewilayahan (P2K) telah melakukan penelitian yang mengungkap bahwa  meskipun banyak ekosistem animasi di Indonesia, pengembangan konten lokal masih belum digarap secara serius.

Studi itu diungkapkan dalam webinar berjudul “Animasi di Indonesia: Jaringan Sosial dan Pengembangan Konten Lokal”.

Dalam acara webinar itu, peneliti P2K LIPI Fadjar Ibnu Thufail mendapati riset pengembangan konten belum dilakukan secara terstruktur oleh para kreator animasi di Indonesia.

“Memang melakukan riset, tapi itu karena memiliki latar belakang di bidangnya, seperti antropologi, demikian juga dari animator yang memiliki pengalaman riset yang sudah dilakukan sebelumnya,” ujar dia, Jumat, 11 Desember 2020.

Penelitian dilakukan dalam waktu sembilan pekan, yaitu 14 September-11 Desember 2020, dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD) sebanyak 12 kali pertemuan dengan 25 narasumber. Metode penelitian dilakukan dengan wawancara kualitatif secara online.

Narasumber termasuk empat orang perempuan, masing-masing dua orang yang mengerti di bidang industri animasi dan dua orang lagi bidang pendidikan. Juga ada 21 orang laki-laki yang sebagian besar memiliki pengalaman di dunia animasi.

Masalah lainnya adalah tidak tersedianya akses terhadap data primer yang bisa menjadi rujukan di Indonesia. “Banyak sekali cerita, tapi sebagian besar pengembangan animasi itu kesulitan memiliki sumber,” tutur Fadjar.

Selain itu, hasil studi itu menyebutkan bahwa dalam aktivitas riset terhadap produksi animasi, seperti riset pasar belum dilakukan secara terstruktur dengan metode terstandar. Sebagian masih belum mengetahui harus bekerja sama dengan stakeholder mana untuk mengembangkan konten animasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Masalah ini baik dari aspek cerita maupuan visualisasi. Jadi kolaborasinya belum terbentuk baik, ini kenyataan yang memang terjadi,” kata dia.

Fadjar mengatakan satu hal yang penting dari kolaborasi dan produksi adalah pendanaan. Menurutnya, stakeholder yang memiliki akses pendanaan memiliki kontribusi kuat dalam penguatan pengembangan konten yang menarik bagi peneliti.

“Jadi belum ada keterbukaan untuk memberikan ruang lebih luas untuk konten eksperimental. Sehingga keterampilan pelaku animasi dalam membuat proposal pengajuan dana serta menyusun laporan masih belum terstandar,” ujarnya menambahkan.

Tim peneliti juga mengamati keberanian untuk mengkreasikan cerita asli masih harus berhadapan dengan kenyataan bahwa di Indonesia persoalan identitas etnis dan kedaerahan bersifat kuat dan sensitif. “Ini membuat proses kreativitasnya harus bernegosiasi dan cenderung menghindari proses seperti ini, bukan hanya soal ceritanya termasuk dalam pengembangan karakternya,” tutur Fadjar.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) LIPI Tri Nuke Pudjiastuti menerangkan bahwa penelitian yang dilakukan Fadjar dan tim menjadi pelopor bagaimana pengembangan kajian kebudayaan di bidang animasi. Menurutnya, bicara animasi yang diartikan secara politik dan ekonomi sudah terlalu umum.

“Bagaimana jika animasi menjadi kekuatan tersendiri dengan keragaman yang ada menjadi suatu kekayaan yang bisa dieksplor lebih lanjut. Keragaman itu kekuatan lokal, jadi penelitian ini merupakan sesuatu kekuatan tersendiri, tidak hanya bagi LIPI tapi Indonesia,” ujar dia.

Dengan adanya pengembangan konten lokal ini, Nuke menambahkan, tanpa disadari adalah menjadi penguatan terhadap konservasi kebudayaan, hanya saja dalam bentuk yang berbeda. “Saya juga berharap animasi ini bisa menjadi kekuatan bagi Indonesia dalam industri kreatif,” tutur Nuke.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BEM FISIP Unair Sambut Mahasiswa Phillip Universiteit Marburg Jerman: Rayakan Diversitas Kebudayaan

15 hari lalu

BEM FISIP Universitas Airlangga (Unair) menyambut tamu mancanegara, 35 mahasiswa dan professor dari Philipps-Universitt Marburg, Jerman, Kamis, 7 Maret 2024. Foto: Istimewa
BEM FISIP Unair Sambut Mahasiswa Phillip Universiteit Marburg Jerman: Rayakan Diversitas Kebudayaan

Pertukaran budaya dilakukan mahasiswa Phillip Universiteit Marburg, Jerman dengan BEM FISIP Universitas Airlangga (Unair).


Akira Toriyama Menciptakan Karakter Dragon Ball yang Ikonik, Siapa Favoritmu Selain Goku?

19 hari lalu

Dragon Ball. bbc.co.uk
Akira Toriyama Menciptakan Karakter Dragon Ball yang Ikonik, Siapa Favoritmu Selain Goku?

Dragon Ball karya Akira Toriyama telah menjadi anime atau manga legendaris yang sangat dicintai penggemar animasi Jepang seluruh dunia.


Akira Toriyama Menciptakan Seri Dragon Ball Terinspirasi Film-film Jackie Chan

19 hari lalu

Akira Toriyama. EPA-EFE/JIJI PRESS JAPAN
Akira Toriyama Menciptakan Seri Dragon Ball Terinspirasi Film-film Jackie Chan

Akira Toriyama ciptakan serial Dragon Ball dimulai pada 1984, berbekal dorongan dari editor dan kecintaan terhadap film-film laga Jackie Chan.


Seniman Ingin Dana Abadi Kebudayaan Dipertahankan

19 hari lalu

Seniman Ingin Dana Abadi Kebudayaan Dipertahankan

Muncul selentingan pemerintah yang baru berniat memindahkan Dana Abadi Kebudayaan untuk urusan lainnya.


Aoyama Gosho Mangaka Detective Conan akan Tampil dalam Dokumenter NHK

24 hari lalu

Detective Conan: The Darkest Nightmare.  animetaku.co
Aoyama Gosho Mangaka Detective Conan akan Tampil dalam Dokumenter NHK

Deretan pertanyaan seputar Aoyama Gosho bekerja, ruang kerjanya, dan hal lain akan dijawab dalam tayangan khusus selama 72 menit


Profil Gordon Cormier dan Noah Ringer, Pemeran Aang dalam Serial Netflix dan Film Avatar: The Last Airbender 2010

28 hari lalu

Gordon Cormier sebagai Aang dalam Avatar: The Last Airbender. Dok. Netflix
Profil Gordon Cormier dan Noah Ringer, Pemeran Aang dalam Serial Netflix dan Film Avatar: The Last Airbender 2010

Selain Gordon Cormier, Noah Ringer pernah berperan sebagai Aang di film Avatar: The Last Airbender pada 2010. Berikut profil keduanya.


13 Fakta Menarik Avatar: The Last Airbender, Akan Lanjut ke Session 2?

30 hari lalu

Avatar: The Last Airbender. Dok. Netflix
13 Fakta Menarik Avatar: The Last Airbender, Akan Lanjut ke Session 2?

Serial adaptasi Avatar: The Last Airbender live action menunjukkan beragam kemiripan dengan serial animasi yang lebih dahulu populer.


Sinopsis Avatar: The Last Airbender Live Action, Saat Negara Api Menyerang

31 hari lalu

Avatar: The Last Airbender. Dok. Netflix
Sinopsis Avatar: The Last Airbender Live Action, Saat Negara Api Menyerang

Berikut sinopsis Avatar: The Last Airbender live action yang tayang di Netflix. Istilah saat negara api menyerang bermula dari kisah ini.


Profil Studio Ghibli, Studio Anime Legendaris yang Jadi Tema Konser di Jakarta

33 hari lalu

Film My Neighbour Totoro garapan Studio Ghibli. Dok. Twitter.
Profil Studio Ghibli, Studio Anime Legendaris yang Jadi Tema Konser di Jakarta

Penggemar anime-anime garapan Studio Ghibli akan dimanjakan dengan konser orkestra soundtrack tersebut.


Pembinaan Generasi Muda di Jakarta, BRIN: K-Pop Ala Betawi, Kenapa Tidak?

35 hari lalu

Atraksi budaya Betawi pada perayaan CFD di Sudirman, Jakarta Pusat, Ahad 11 Juni 2023. Warga antusias menyaksikan atraksi budaya tersebut. TEMPO/Mirza Bagaskara
Pembinaan Generasi Muda di Jakarta, BRIN: K-Pop Ala Betawi, Kenapa Tidak?

Budaya Betawi disebut terpinggirkan pada masa Orde Lama dan Baru sebab pemerintahnya cenderung menonjolkan keberagaman etnis, bukan budaya lokal.