TEMPO.CO, Rio de Janeiro - Hasil jajak pendapat yang diterbitkan sebuah lembaga survei di Brasil, Sabtu 12 Desember 2020, menunjukkan jumlah warga yang menolak vaksin Covid-19 naik dari sembilan persen pada Agustus 2020 jadi 22 persen pada minggu ini. Tumbuhnya penolakan itu kemungkinan dipengaruhi sikap Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang skeptis terhadap vaksin.
Survei yang digelar Datafolha menunjukkan tersisa 73 persen responden berencana ikut vaksinasi dan lima persen lainnya belum membuat keputusan. Sementara pada Agustus 2020, jumlah responden yang bersedia ikut vaksinasi masih mencapai 89 persen dan tiga persen sisanya masih ragu.
Bolsonaro akhir bulan lalu mengatakan ia tidak akan ikut vaksinasi meskipun vaksin Covid-19 nantinya tersedia dari sejumlah perusahaan farmasi. Bolsonaro mengatakan penolakan itu merupakan haknya. Ia secara spesifik menyampaikan keraguannya terhadap vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech, perusahaan farmasi asal Cina.
Seperti diketahui vaksin CoronaVac dari Sinovac menjalani uji klinis di Sao Paulo, bekerja sama dengan Butantan Institute. Uji klinis didorong oleh Gubernur Sao Paulo yang juga lawan politik Bolsonaro, Joao Doria.
Menurut hasil survei Datafolha, hanya 47 persen responden yang bersedia divaksinasi spesifik dengan anti virus buatan Cina, sementara 50 persen lainnya menolak dan tiga persen sisanya belum membuat keputusan. Setidaknya, hasil sigi itu juga menyebutkan ada 33 persen responden menolak ikut vaksinasi karena mereka percaya Bolsonaro, sementara 16 persen responden menilai presiden bukan orang yang dapat dipercaya.
Terpisah, Kementerian Kesehatan Brasil, melalui dokumen yang diserahkan ke Mahkamah Agung, mengatakan 108 juta dosis vaksin akan segera tersedia sebagai tahap awal di negara itu. Jumlah dosis itu setara untuk kebutuhan vaksinasi 51 juta warga, atau seperempat dari total populasi di Brasil.
Baca juga:
Bio Farma: Pesan Vaksin Covid-19 Jalur Mandiri Tunggu Pemerintah
Seperti di banyak negara lain, vaksinasi tahap pertama itu akan menyasar kelompok prioritas yang rentan tertular, di antaranya tenaga kesehatan, orang lanjut usia, dan masyarakat adat, sepanjang semester pertama 2021. Namun dokumen berisi rencana vaksinasi itu tidak menyebutkan tanggal pasti pemberian anti virus ke masyarakat dan berbagai informasi lainnya mengenai penyaluran dan persediaan vaksin.
Dengan 6,8 juta kasus infeksi hingga saat ini, Brasil masih menempati urutan ketiga di dunia untuk negara paling parah terdampak Covid-19 setelah Amerika Serikat dan India. Angka kematiannya bahka terbesar kedua, yakni 181 ribu jiwa.