TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan sebanyak 476 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi pusat unggulan pada 2020. Mereka akan menjadi contoh perkawinan massal antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto mengungkapkan itu dalam sebuah webinar, Senin 21 Desember 2020. Menurutnya, pengembangan pusat unggulan tersebut akan ditingkatkan pada 2021 mendatang, di antaranya dengan memberikan pelatihan kepada setiap kepala SMK tersebut.
Baca juga:
Mendikbud Nadiem Makarim Luncurkan Program SMK-D2 Jalur Cepat
Kemendikbud di era Menteri Nadiem Makarim, eks bos Gojek, ini juga berjanji meningkatkan kompetensi sebanyak 2.160 guru kejuruan dan pemberian sertifikasi kompetensi kepada sebanyak 62.500 siswa SMK. Bersamaan dengan itu, di bidang pendidikan tinggi, sebanyak 35 program studi dari 27 Perguruan Tinggi Swasta Vokasi juga telah mengikuti program penguatan.
Adapun sepanjang tahun ini sudah terdaftar sebanyak 7.845 bentuk kerja sama pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan industri. Di antaranya adalah terjalin melibatkan 2.482 SMK dan 3.602 perusahaan.
“Melihat angka ini saya sangat mengapresiasi karena sudah cukup banyak industri yang sudah benar-benar memiliki usaha untuk hadir di depan, turun langsung, membangun pendidikan vokasi," kata Wikan.
Dia menambahkan, angka itu masih perlu ditingkatkan pada tahun-tahun berikutnya karena masih ada ribuan SMK lain yang disebutnya, "Perlu kami ajak untuk bergerak bersama." Harapan, menurut Wikan, terbuka terlebih dengan adanya kebijakan supertax deduction untuk industri yang ikut mendorong pendidikan vokasi.
Baca juga:
Mendikbud Nadiem: Insentif Pajak Industri Dorong Pendidikan Vokasi
"Harus kami sosialisasikan agar seluruh dunia usaha dan industri memiliki semangat yang sama untuk bisa bersama memajukan pendidikan vokasi dan melakukan investasi jangka panjang melahirkan SDM vokasi yang unggul dan hebat,” katanya.