TEMPO.CO, Jakarta - Vaksin Covid-19 masih bisa digunakan untuk melawan varian virus corona baru yang kini diketahui menyebar di Inggris dengan kemampuan infeksi 70 persen lebih tinggi. Kabar ini, seperti diakui Badan Kesehatan Dunia (WHO), sangat melegakan.
Seperti dituturkan Maria Van Kerkhove, Ketua Tim Teknis WHO untuk Covid-19, varian baru hasil mutasi tersebut mungkin menjadi lebih mudah menular tapi tidak ada bukti tingkat keparahan gejala penyakit yang disebabkannya ikut melambung. "Dari Inggris telah mengabarkan kami kalau mereka tidak meyakini ada dampaknya pada vaksin. Jadi itu berita yang baik," katanya.
Baca juga:
Varian Baru Virus Corona Covid-19 di Inggris, Punya 17 Mutasi Sekaligus
Mike Ryan, ketua tim ahli kedaruratan di WHO, mengatakan banyak varian mutasi SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, telah muncul beberapa bulan belakangan. Meski begitu, dia menekankan mereka tidak sampai memicu alarm adanya level keparahan lebih tinggi, "atau kemampuan menghindari diagnosa kami atau bersembunyi dari efektivitas vaksin-vaksin."
Sejak Pemerintah Inggris mengumumkan telah menyebarnya varian baru pada 14 Desember lalu, semakin banyak negara memberlakukan larangan perjalanan untuk mencegah kedatangan virus mutasi baru itu. Varian itu, SARS-CoV-2 galur B117, diketahui mengandung banyak mutasi sekaligus di dalamnya. Di antara mutasi itu adalah N501Y yang teridentifikasi melalui sekuensing genomik sampel virus di seluruh negara itu.
Van Kerkhove mengungkap kalau ilmuwan di Inggris menemukan varian baru virus itu dalam peningkatan jumlah kasus penularan yang terjadi di negara itu pada akhir November dan awal Desember. Para ilmuwan itu lalu mengamati gejala yang ditimbulkannya dan respons antibodi terhadapnya sebelum muncul dengan laporan keyakinan vaksin masih ampuh.
Pada Sabtu, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan varian baru 70 persen lebih menular daripada varia lainnya yang ada. Van Kerkhove menyebut angka itu berarti angka repoduksi virus--jumlah orang yang bisa ditulari oleh setiap satu orang yang terinfeksi--meningkat dari 1,1 menjadi 1,5.
GLOBAL NEWS | REUTERS