TEMPO.CO, Jakarta - Varian baru virus corona Covid-19 dengan kemampuan infeksi yang lebih tinggi--sehingga penularan bisa terjadi lebih cepat--juga ditemukan di Afrika Selatan. Pada Jumat lalu, pejabat kesehatan di negara itu memperkenalkan mutasi baru virus yang ditemukannya sebagai 501.V2.
Seperti yang terjadi di Inggris, varian baru virus corona Covid-19 juga menjadi motor lonjakan kasus infeksi di Afrika Selatan. Saat ini, negara bekas koloni Inggris itu telah melaporkan sebanyak 930.711 kasus positif Covid-19 dan angka kematian yang hampir 25 ribu orang. Sebagai ilustrasi, Indonesia pada waktu yang sama melaporkan 678.125 kasus dan 20 ribu kematian.
"Data awal menunjukkan bahwa virus itu kini mendominasi gelombang kedua wabah infeksi yang menyebar lebih cepat daripada yang pertama lalu," kata Profesor Salim Abdool Karim, kepala Komite Penasihat Kementerian Afrika Selatan, Senin 21 Desember 2020.
Maria Van Kerkhove, Ketua Tim Teknis WHO untuk Covid-19, mengatakan bahwa varian 501.V2 memiliki mutasi yang sama dengan yang terjadi pada varian baru virus corona Covid-19 di Inggris, N501Y. Tapi, Kerkhove menambahkan, mutasi itu berasal dari galur virus yang berbeda dari yang ditemukan menyebar di Inggris.
"Ini membingungkan bahwa mereka menjadi virus yang sama," katanya sambil menambahkan, "Mereka bisa muncul berbarengan, sehingga terkesan saling terkait, tapi sebenarnya varian yang terpisah."
Baca juga:
Ahli: Varian Baru Virus Corona Covid-19 di Inggris Rentang Menginfeksi Anak-anak
Saat ini, Kerkhove mengungkapkan, para peneliti di Afrika Selatan sedang menumbuhkan varian virus itu di laboratorium agar lebih banyak studi yang bisa dilakukan. Sementara, seperti yang dialami Inggris, banyak negara mulai menerapkan larangan terbang dari Afrika Selatan.
GLOBALNEWS | JHU