TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat setidaknya terjadi 11 kali gempa merusak sepanjang tahun ini. Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Daryono, mayoritas kekuatan gempa yang merusak itu bermagnitudo sekitar 5,0. Tapi beberapa lainnya kurang dari itu.
Untuk menimbulkan kerusakan, kata Daryono, magnitudo gempa tidak harus besar. Gempa dengan magnitudo sekitar 5,0 atau bahkan kurang dari 5,0 dalam berbagai kasus ternyata dapat menimbulkan kerusakan jika kedalaman sumber gempanya dangkal.
Baca juga:
Proyek Rampung, Begini Len Industri Bangun Stasiun Pemantau Gempa untuk BMKG
Sebanyak lima kali gempa merusak itu dipicu oleh aktivitas sumber gempa subduksi lempeng yaitu Subduksi Sunda dan Subduksi Lempeng Laut Filipina. Sementara enam kali gempa merusak lainnya dipicu oleh aktivitas sesar aktif.
“Yaitu Sesar Seulimeum, Sesar Angkola, Sesar Citarik, Sesar Seram Utara, Sesar Brebes, dan Sesar Mamuju,” kata Daryono lewat keterangan tertulis, Senin, 28 Desember 2020.
Kejadian lindu yang merusak selama 2020 itu adalah Gempa Simeulue bermagnitudo 6,1 pada 7 Januari, kemudian Gempa Seram Utara pada 8 Februari (M=5,4), Gempa Kalapanunggal Sukabumi 10 Maret (M=5,1) hingga merusak 760 rumah, lalu Gempa Tapanuli Selatan 30 April (M=5,1).
Gempa Aceh-Sabang 4 Juni (M= 4,8), Gempa Maluku Utara 4 Juni (M=6,8) merusak ratusan rumah di Morotai, kemudian Gempa (doublet) Bengkulu 19 Agustus (M=6,6) dan (M=6,7) merusak beberapa rumah di Sungai Gerong, Lebong.
Selanjutnya Gempa Talaud 9 September (M=5,7) merusak 55 rumah, Gempa Pangandaran 25 Oktober (M=5,6) merusak 29 rumah di Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya, dan Garut dan menyebabkan 3 orang luka. Gempa Mamuju Tengah 28 November (M=5,3), kemudian Gempa Brebes-Kuningan 11 Desember (M=4,2).
Baca juga:
BMKG Sebut Prediksi Gempa dari UGM Ibarat Tes Covid-19 Hanya Ukur Suhu
Bangunan tahan gempa menurut Daryono berguna untuk mengurangi risiko gempa kuat dan merusak, juga edukasi tentang cara selamat saat terjadi gempa.