TEMPO.CO, Jakarta - Iran akan memulai uji klinis vaksin covid-19 buatannya sendiri di tengah kesulitan membeli vaksin impor dalam jumlah yang memadai. Iran menyatakan kalau sanksi ekonomi dari Amerika Serikat, terkait kesepakatan proliferasi nuklir, telah memblokir aksesnya kepada vaksin dunia.
Vaksin produk lokal yang akan diuji klinis itu diproduksi Shifa Pharmed. Calon vaksin itu dinyatakan telah berhasil melewati uji pada hewan dan menuju uji terbatas pada manusia.
Baca juga:
Covid-19, Satu Orang Meninggal Setiap 7 Menit di Iran
Uji klinis tahap awal disebut akan melibatkan 56 relawan, sekalipun lebih dari 60 ribu orang diaku telah mendaftar. "Kira-kira selama sebulan," bunyi pernyataan Kementerian Kesehatan Iran tentang durasi uji nanti.
Pada Senin, seorang pejabat Kementerian Kesehatan mengatakan masih ada tujuh calon vaksin lain yang sedang dikembangkan di negara itu. Mereka diharapkan sudah akan melangkah ke uji klinis akhir Februari 2021.
"Kami memiliki sejarah manufaktur vaksin dan lembaga medis," kata Menteri Kesehatan Saeed Namaki pada Minggu. "Kami akan buktikan...kalau vaksin lokal kami akan superior bagi banyak vaksin yang dibuat di dunia."
Iran telah berhasil menekan angka kematian Covid-19 hariannya hingga di bawah 120 pada pekan ini. Capaian itu setelah lebih dari tiga bulan Iran memaksakan lockdown di sebagian wilayahnya, memberlakukan jam malam, juga larangan bepergian antar kota.
Dengan hampir 55 ribu kematian dari 1,2 juta kasus infeksi, Iran memang sejauh ini menjadi negara terdampak terburuk di Timur Tengah karena pandemi Covid-19.
Pada Jumat pekan lalu, Gubernur Bank Sentral Iran mengumumkan telah mencapai kesepakatan untuk membeli 16,8 juta dosis vaksin dari COVAX, sebuah inisiatif global di bawah Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang bertujuan menjamin keadilan akses seluruh negara kepada vaksin.
Namun, sehari kemudian, Presiden Hassan Rouhani menyatakan Pemerintahan Presiden AS Donald Trump--yang sudah dipastikan akan lengser karena kalah pemilu--terus untuk menciptakan penghalang bagi Iran. Rouhani lalu mengekspresikan kekhawatiran uang pembelian akan disita.
Itu terjadi meski pada awal bulan ini Dewan Kesehatan Iran telah berkirim surat kepada WHO. Pemerintahan Teheran mendesak organisasi itu untuk bertindak terhadap sanksi Amerika yang mencegah Iran dari pembelian vaksin Covid-19 tersebut.
Baca juga:
Begini Pangkalan Rudal Bawah Tanah Iran Tampak di Youtube
Pada Senin, Direktur Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran, Karim Hemmati, mengatakan Iran sedang mencoba membeli satu juta dosis vaksin dari Cina yang diharapkan tiba sebulan ke depan. Dia juga mengatakan, seorang philanthropi telah berhasil mengamankan 150 ribu dosis vaksin Pfizer-BioNTech yang akan segera tiba di Iran.
ALJAZEERA