TEMPO.CO, Jakarta - Minum minuman beralkohol dapat menumpulkan efek vaksin Covid-19 dalam membangkitkan respons imun tubuh, bahkan membuatnya tak efektif. "Hindari alkohol selama tiga hari setiap setelah vaksinasi," kata Alexander Gintsburg, Kepala Pusat Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional di Gamaleya, Rusia.
Institut Riset Gamaleya adalah yang mengembangkan vaksin Covid-19 Sputnik V. Tapi, Gintsburg menyebutkan, rekomendasinya itu tidak sebatas untuk penerima vaksinasi Sputnik V, melainkan vaksin Covid-19 lainnya juga, dan bahkan segala macam vaksin.
Literatur ilmiah yang ada tentang alkohol dan sistem kekebalan tubuh menunjukkan hubungan yang tak sejalan. Alkohol dalam jumlah yang berlebihan adalah sebuah immunosuppressant sehingga mereka yang minum minuman beralkohol akan lebih rentan terhadap infeksi penyakit.
"Banyak masalah pada diri para pemabuk, dan miskinnya imun tubuh hanya satu di antaranya," kata Eleanor Riley, ahli imunologi di University of Edinburgh, Inggris.
Paul Klenerman dari University of Oxford juga mengatakan tidak ada keraguan kalau alkohol yang berlebihan memiliki dampak signifikan pada banyak aspek imun tubuh. Yang belum jelas adalah, menurutnya, apakah kalau minum sedikit bisa memberi dampak yang sama.
Sebuah studi oleh tim peneliti di Swedia pada 2012 menjawab pertanyaan itu. Mereka menemukan konsumsi alkohol rendah sampai menengah sudah mulai menekan respons peradangan terhadap sebuah vaksin yang akan melawan bakteri pneumonia, tapi belum berefek bagi respons imun tubuh.
Para peneliti itu mendefinisikan level konsumsi alkohol itu sebagai sebuah rata-rata intake kurang dari 30 gram per hari--setara tiga gelas vodka. Sedang Gintsburg mengatakan, minum 300 gram vodka yang mengandung total sekitar 120 gram alkohol menekan produksi antibodi. "Tapi satu gelas champagne tidak apa-apa," katanya.
Baca juga:
Vaksin Covid-19, Begini Pakar di Cina Menilai Teknik mRNA ala Amerika
Gintsburg menekankan pentingnya memahami konsumsi alkohol yang berlebihan bisa mengurangi secara siginifikan imun tubuh tersebut. Alasannya, bisa mengurangi efektivitas vaksinasi atau malah membuatnya sia-sia. "Ini berlaku untuk semua jenis vaksin."