Memiliki jenis baterai yang unik serta berbahan khusus yang melindunginya dari tekanan lebih dari 60 ton, Haiyi saat itu sekaligus dilaporkan mematahkan rekor kemampuan menyelam. Haiyi mampu meluncur hingga 20.764 kaki atau hampir 4 mil, melewati rekor UUV Amerika sebelumnya yang sedalam 3,7 mil.
Setahun kemudian, selusin Sea Wing dikerahkan ke Laut Cina Timur, Laut Cina Selatan dan perairan lain di Pasifik Barat. Misi yang diumumkan adalah untuk melengkapi observasi terhadap fenomena samudera.
Media resmi Cina, Xinhua, pernah mengungkap kemampuan lain dari Haiyi. Selain lebih efisien, lebih tahan lama, dan lebih sedikit menggunakan energi daripada yang sudah ada sebelumnya, wahana yang dipublikasikan bercat kuning ini bisa mengirim data langsung dari bawah air--sebuah fitur yang bahkan belum dikuasai di Amerika.
Yu Jiancheng, ketua tim ilmuwan dari ekspedisi Sea Wing mengatakan kalau data yang dikirim ke laboratorium di darat bersifat real-time. Kuncinya, ada di bagian antena di ekor. Jika itu benar, Yin Jingwei, ahli teknik akustik bawah air di Universitas Teknik Harbin berkomentar, "jelas sebuah terobosan."
Saat itu juga media militer Cina sudah langsung berspekulasi kalau Haiyi atau sayap di laut itu bisa dimanfaatkan untuk militer. Hal itu sekalipun drone tak mengusung persenjataan.
"Sejak tidak ada mesin propulsi, akustik dari wahana ini sangat rendah. Karakteristik ini yang membuat platform ini bisa memberi keuntungan besar untuk domain militer," bunyi ulasan sebuah majalah pertahanan, Ordnance Industry Science and Technology, pada 2016.
Baca juga:
Kementerian Ristek Bertekad Kuasai Teknologi Drone, Simak Alasannya
Aplikasinya adalah dapat digunakan untuk secara instan mendeteksi kapal selam Amerika yang mungkin berseliweran di Laut Cina Selatan--laut yang diklaim sepihak sebagai wilayah Cina dan memicu ketegangan internasional. Ketegangan itu yang mengundang kehadiran Amerika di kawasan tersebut.
NAVALNEWS | NEWSWEEK | GUARDIAN