TEMPO.CO, Yogyakarta - Ketua tim pengembang alat deteksi Covid-19 GeNose Universitas Gadjah Mada (UGM), Kuwat Triyana, tak menampik kalau alat sejenis, yang mendeteksi seseorang terinfeksi Covid-19 hanya dari embusan napas, sudah mulai diproduksi negara lain.
“Negara seperti Israel, Singapura, juga Finlandia juga memiliki alat mirip-mirip (GeNose) ini, tapi sebenarnya konsepnya berbeda,” ujar Kuwat saat ditemui di Yogyakarta, Selasa 5 Januari 2021.
Baca juga:
Ganjar Borong GeNose UGM, Target Sebar ke 850 Puskesmas
Perbedaannya, menurut dosen Fisika FMIPA sekaligus peneliti di Institute of Halal Industry and System UGM, terletak di antaranya pada metode pengambilan sampel napas. GeNose, Kuwat menerangkan, menerapkan model pengambilan sampel embusan napas yang kemudian dianalisa dengan alat berbasis sistem kecerdasan buatan.
Pasien yang diuji hanya diminta mengembuskan sampel napasnya melalui sebuah kantong plastik. Lalu kantung plastik yang sudah dikunci itu dikoneksikan ke alat GeNose untuk dianalisa kandungan senyawanya.
Sebagian alat GeNose UGM yang di-display di pusat produksi UGM Science Techno Park Sleman Yogyarta, Selasa 5 Januari 2021. Tempo/Pribadi Wicaksono
Kuwat menjelaskan rata-rata alat mirip GeNose produksi negara lain menggunakan model pengambilan sampel secara langsung dari mulut pasien yang akan diperiksa. Artinya, Kuwat menyatakan, alat sangat berpotensi menularkan Covid-19 karena pemakaiannya dilakukan secara bergantian.
"Berbeda dengan GeNose yang memisahkan alat pengambil sampel dengan menggunakan kantong plastik," kata dia.
Dengan GeNose, pasien tak perlu bersentuhan langsung mulutnya dengan alat, melainkan dengan kantung-kantung plastik yang sudah disiapkan. Dengan GeNose, pasien pun bisa melakukan pengambilan sampel di rumah atau di manapun sehingga lebih praktis.
“Secara metode pengambilan sampel maupun teknologi banyak perbedaannya,” ujarnya menambahkan.
Alat tes Covid-19 lewat napas GeNose yang dikembangkan UGM. Foto: dok.UGM
Kuwat menuturkan, GeNose UGM sudah dilindungi hak paten. Satu alat yang bisa dipakai untuk 100 ribu kali pengambilan sampel itu dibanderol harga Rp 62 juta. Artinya satu kali pengambilan sampel biayanya hanya berkisar Rp 620,-.
Baca juga:
Harga GeNose Rp 62 Juta, KSP dan Kementerian Ristek Sudah Pesan
Data terakhir yang dimiliki Kuwat, hingga 31 Desember 2020, alat sudah dipesan sebanyak 10.670 unit. Pemesan paling banyak dari kalangan pelaku industri dalam negeri. Seperti Pertamina dan perusahaan-perusahaan telekomunikasi.