TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengaku sangat berhati-hati memantau reaksi alergi dari penggunaan vaksin Covid-19. Mereka juga mendesak setiap yang mengalami reaksi serius untuk tidak mengajukan diri menerima suntikan dosis kedua yang sebagian wilayah sudah memulainya akhir pekan ini.
Dalam hasil studi yang dimuatnya dalam Morbidity and Mortality Weekly Report, Rabu 6 Januari 2021, CDC mengungkap reaksi alergi terjadi pada 11,1 dari setiap satu juta vaksinasi yang diberikan. Dibandingkan dengan vaksinasi flu, jumlah itu memang hampir sembilan kali lipat tapi, tetap, para ahli di lembaga itu menilai vaksin relatif aman.
Baca juga:
Efikasi Vaksin Sinovac Diumumkan 78 Persen di Brasil, Lansia Aman
"Kasusnya memang kelihatannya lebih tinggi daripada vaksin flu tapi saya ingin memastikan bahwa ini tetap hitungannya sangat jarang," kata Direktur CDC, Nancy Messonnier, sebelum studi itu dirilis.
CDC menekankan kepada kebutuhan sesegera mungkin setiap orang divaksinasi begitu vaksin Covid-19 tersedia karena ancaman kasus infeksi yang parah dan bahkan kematian. Di Amerika saja, sudah sebanyak 21,5 juta warganya terjangkit Covid-19 sejak pandemi bermula di awal tahun ini dan lebih dari 365 ribu, atau rata-rata 2.670 per hari, yang meninggal.
CDC mengatakan memantau setiap insiden reaksi alergi dengan ketat dan berjanji memperbarui jumlah kasusnya secara berkala di situs resmi setiap minggu. Badan ini juga menyerukan setiap lokasi yang ditunjuk untuk vaksinasi menyiapkan kemampuan menangani dan mendeteksi ketika ada yang butuh dirujuk segera ke rumah sakit. Selain, siap untuk kasus-kasus reaksi alergi vaksin yang serius seperti anaphylaxis.
Sejauh ini, CDC mengatakan, 28 orang penerima Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer/BioNTech telah mengalami efek samping alergi. CDC juga mencatat satu kasus anaphylaxis yang bisa menyebabkan tenggorokan bengkak dan kesulitan bernapas di distribusi dosis vaksin Covid-19 Moderna.
Para pejabat kesehatan di Amerika menilai perbedaan jumlah kasus efek samping alergi di antara kedua vaksin itu karena yang satu telah lebih dulu mendapat otorisasi untuk penggunaan darurat dibandingkan yang lain. Mereka tetap menyerukan kewaspadaan yang sama untuk keduanya.
Seorang tentara Angkatan Udara AS mendapat vaksin COVID-19 di Pangkalan Udara Osan di Pyeongtaek, Korea Selatan, 29 Desember 2020. Pasukan AS-Korea (USFK), yang mencakup sekitar 28.500 personel militer Amerika serta ribuan personel lain dan anggota keluarganya, memberikan dosis pertama kepada petugas kesehatan garis depan dan penanggap pertama di pasukan, kata seorang pejabat USFK. Staff Sgt. Betty R. Chevalier/U.S. Air Force/DVIDS/Handout via REUTERS
Studi CDC untuk periode 14-23 Desember lalu mengidentifikasi 21 kasus anaphylaxis usai distribusi 1.893.360 dosis vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech. Dari 21 kasus itu, 71 persen di antaranya terjadi dalam 15 menit pertama setelah disuntik.
Itu sebabnya di Amerika, juga Kanada, para penerima vaksin diminta tinggal dulu di lokasi untuk beberapa saat. Mereka mengantisipasi tanda-tanda reaksi alergi parah muncul dan si penerima mungkin harus mendapat perawatan segera.
Baca juga:
Alergi Usai Disuntik Vaksin Covid-19 Pfizer, Dokter Meksiko Dirawat
Sebaliknya, mereka yang memiliki alergi diminta mengungkapkannya terlebih dulu kepada petugas dan tidak langsung memberikan dirinya disuntik vaksin Pfizer maupun Moderna. Di Inggris, otoritas kesehatan setempat sudah lebih dulu melarang mereka yang memiliki alergi serius menerima vaksinasi.
CBC | CNBC | CNN