TEMPO.CO, Jakarta - Cairan air raksa termometer turun hingga menunjuk angka minus 19,6 derajat Celsius di stasiun meteorologi di wilayah selatan Beijing pada Kamis pagi, 7 Januari 2021. Pergerakan itu terjadi di tengah gelombang massa udara dingin yang sedang menyapu Beijing, menciptakan pagi terdingin di ibu kota Cina tersebut sejak 1966.
Pengamatan diberikan oleh stasiun cuaca Nanjiao yang berlokasi di Distrik Daxing, Beijing--sebuah stasiun meteorologi nasional yang telah ada sejak 1912. Data dari stasiun ini telah digunakan para ahli untuk membuat banyak catatan perbandingan bersejarah.
Baca juga:
Seruak Angin Dingin, Banjir Besar Jakarta Berpotensi Terulang Bulan Ini
"Pada Kamis subuh, separuh dari 20 stasiun meteorologi kelas nasional yang ada di Beijing mencatatkan angka suhu udara awal Januari yang terendah dari yang selama ini mereka laporkan," kata kepala prakirawan di Stasiun Meteorologi Kota Beijing, Lei Lei.
Cuaca ekstrem berupa gelombang dingin telah mencengkeram Beijing sejak sehari sebelumnya, menghadirkan penurunan suhu udara yang drastis dan embusan angin yang kuat. Per Kamis, badan meteorologi setempat masih mempertahankan peringatan dini suhu dingin dan angin kencang tersebut.
Mereka juga mengeluarkan imbauan kepada publik untuk mewaspadai dampak cuaca dingin. Menurut Lei, gelombang massa udara dingin di Beijing diprediksi masih akan berlanjut hingga Jumat ini dengan suhu udara maksimum harian masih di bawah nol.
Baca juga:
Drone Perahu 5G Pantau Kualitas Lingkungan Taman di Beijing
"Suhu udara diperkirakan baru akan mulai meningkat pada Sabtu 9 Januari 2021, dengan suhu udara maksiumum harian diharapkan sudah akan di atas 1 derajat Celsius," katanya.
XINHUA