TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh setelah dilaporkan hilang kontak pada Sabtu, 9 Januari 2020. Pesawat Boeing 737-500 itu lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng untuk menuju Bandara Supadio, Pontianak, pada pukul 14.36 WIB dan hilang kontak beberapa menit setelahnya.
Baca:
Cerita Penumpang Pesawat Alami Turbulence Hebat Bersamaan Sriwijaya SJ182 Jatuh
Belajar dari kecelakaan yang terjadi pada Sriwijaya Air SJ182, Penasihat Eksekutif Asosiasi Pilot Garuda Kapten Shadrach Maruasas Nababan menjelaskan waktu kritis saat penerbangan pesawat.
“Kalau dilihat dari statistik, itu porsinya ketika landing dan take off, yang ketiga adalah tengah-tengahnya,” ujar dia saat dihubungi, Senin, 11 Januari 2020.
Dalam istilah penerbangan, apa yang disebutkan Shadrach merupakan critical eleven. Istilah tersebut merupakan waktu genting di mana kecelakaan pesawat sering terjadi, yakni tiga menit pertama menjelang lepas landas (take off) dan delapan menit terakhir menjelang mendarat (landing).
Art of Manliness melaporkan bahwa berdasarkan penyelidikan kecelakaan penerbangan dunia, hampir 80 persen dari semua kecelakaan pesawat terjadi pada critical eleven, atau yang juga disebut Plus 3/Minus 8. Sementara di antara waktu tersebut peluang terjadinya kecelakaan turun drastis.
“Kalau misalnya karena pengaruh cuaca itu di proses landing cukup berpengaruh karena bermanuver pada kecepatan yang dekat dengan stirring speed. Kalau landing itu 1,3 dari stirring speed dan take off 1,2 dari stirring speed,” kata Shadrach.
Sebagai informasi, berdasarkan kronologi yang disampaikan Kementerian Perhubungan pesawat Sriwijaya SJY 182 take off dari Bandara Soekarno Hatta menuju Pontianak pada pukul 14.36 WIB. Pada pukul 14.37 WIB melewati 1.700 kaki dan melakukan kontak dengan Jakarta Approach. Pesawat diizinkan naik ke ketinggian 29.000 kaki dengan mengikuti Standard Instrument Departure.
Pukul 14.40 WIB, Jakarta Approach melihat pesawat Sriwijaya Air tidak ke arah 075 derajat melainkan ke Barat Laut (North West), oleh karenanya ditanya oleh ATC untuk melaporkan arah pesawat. Tak lama kemudian, dalam hitungan detik, pesawat hilang dari radar. Manajer operasi langsung berkoordinasi dengan: Basarnas, bandara tujuan, dan instansi terkait lainnya.
Total penumpang pesawat 50 orang (40 dewasa, 7 anak-anak dan 3 Bayi), ditambah 12 orang (6 kru aktif dan 6 ekstra kru). Hingga saat ini evakuasi masih dilakukan tim Basarnas, TNI, Polri, hingga Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
ART OF MANLINESS