TEMPO.CO, Bandung - Ketua tim riset uji vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Kusnandi Rusmil, mengatakan, orang yang telah divaksinasi bebas bepergian ke mana saja. Dia mencontohkan dalam uji klinis yang hingga kini masih berlangsung di Bandung, tim riset tidak melarang relawan atau subyek penelitian yang telah menerima suntikan vaksin Sinovac bebas bepergian ke luar kota.
“Setelah suntikan pertama sudah bebas, ada yang ke Semarang, Yogyakarta, waktu itu, tapi tetap harus jaga protokol kesehatan,” katanya saat dihubungi Kamis malam, 14 Januari 2021.
Baca juga:
Hati-hati, Demam karena Infeksi Akut Tak Boleh Terima Vaksin Covid-19
Tim riset uji klinis masih melanjutkan pemantauannya terhadap 1.603 relawan hingga Maret 2021. Kepada mereka telah disuntikkan dosis vaksin Sinovac, vaksin yang sama yang telah mulai disuntikkan oleh pemerintah dalam imunisasi massal sekarang ini. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin asal Cina itu pada 11 Januari 2021.
Yang harus diingat, menurut Kusnandi, satu kali suntikan vaksin Sinovac atau satu dosis belum membuat penerimanya kebal dari paparan Covid-19. “Belum cukup kalau sekali, masih lemah kekebalannya,” katanya
Berdasarkan hasil sementara uji klinis vaksin Sinovac selama 3 bulan imunisasi di Bandung, respon kekebalan tubuh dinilainya bagus hingga mencapai 99 persen. Kondisi itu disebutnya muncul pada 14 hari setelah suntikan vaksin yang kedua. “Memang ini akan menurun terus, nanti kita ikuti selama 6 bulan,” ujarnya.
Kusnandi menegaskan, hasil sementara uji klinis yang dilaporkan kepada sponsor uji riset, Bio Farma, lalu diteruskan ke BPOM pada 8 Januari lalu baru perhitungan untuk izin darurat penggunaan (EUA). “Kalau mau selesai bagus semuanya, bulan Juni itu selesainya,” ujarnya.
Peneliti dari Bio Farma, Neni Nuraeny, juga mengatakan, sistem imunitas yang sempurna terbentuk setelah 14 hari dari suntikan kedua. “Jangan terkecoh sudah divaksin tapi kok masih kena Covid-19. Itu mungkin saja baru dapat suntikan pertama atau baru saja dapat suntikan kedua,” katanya dalam perbincangan daring gelaran Akademi Ilmuwan Muda Indonesia, Rabu 13 Januari 2021.
Sampai hari ini, menurut Neni, hasil uji-uji klinis hanya mengetahui bagaimana vaksin ini dapat mengurangi risiko kesakitan Covid-19. Orang yang sudah divaksin akan aman dan kalau masih terpapar virus tidak sampai sakit jadi mengurangi komplikasi penyakit penyerta.
“Tapi apakah mengurangi penularan secara ilmiah belum tertuang, mungkin saja dia masih membawa virus ke rumah, kemungkinan masih bisa menularkan,” ujar Neni.
Karena itu, dia menambahkan, dalam kondisi sudah divaksin, siapa pun tetap harus menjaga protokol kesehatan. “Sampai pandemi berhenti atau kekebalan komunitas (herd immunity) tercapai.”