TEMPO.CO, Sukabumi - Bencana tanah bergerak di Kampung Ciherang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, semakin luas. Sebanyak ratusan warga dari dua RT di daerah tersebut telah memilih mengungsi ke gedung sekolah dan ke rumah keluarganya yang lebih aman karena rumah yang mereka tinggali ambles, retak-retak, ataupun miring.
"Dari data sementara bencana ini melanda RT 01 dan 02, RW 02, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung. Kemungkinan akan meluas karena ditemukan retakan-retakan baru," kata Asep Has dari Relawan ProBumi Indonesia di Sukabumi, Selasa 19 Januari 2021.
Data sementara dari Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan Nyalindung, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, jumlah pengungsi di RT 01 sebanyak 22 keluarga atau 62 jiwa. Di RT 02, warga yang mengungsi sebanyak 22 keluarga atau 66 jiwa.
Dengan demikian, total pengungsi yang berasal dari dua RT itu sebanyak 44 KK atau 128 jiwa. Tidak menutup kemungkinan jumlah warga yang mengungsi akan terus bertambah karena hingga saat ini, Asep menuturkan, pergerakan tanah masih terus berlangsung.
Di luar itu, ada 54 rumah di tiga RT yang masuk dalam RW 02 yang kondisinya sudah terancam. Rumah-rumah itu dihuni 59 keluarga atau 160 jiwa. "Warga yang kondisi rumahnya terancam bencana pergerakan tanah masih memilih bertahan di rumahnya," kata Asep.
Keberadaan mereka, menurut Asep, terus dipantau petugas gabungan, baik dari unsur BPBD, TNI, Polri dan relawan. Pemantauan terlebih karena saat ini curah hujan cukup tinggi yang dikhawatirkan bisa menyebabkan pergerakan tanah semakin masif.
"Bantuan untuk para pengungsi sudah disalurkan, seperti perlengkapan tidur dan mandi serta makanan siap saji seperti yang disalurkan Palang Merah Indonesia (PMI), Pemkab Sukabumi dan lembaga lainnya," kata Asep Has, yang juga merupakan relawan PMI itu.
Personel TNI bersama petugas gabungan lainnya tengah membongkar rumah warga yang terdampak bencana tanah bergerak di Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada Selasa, 19 Januari 2021. (Antara/Dok/ProBumi Indonesia)
Dia memperkirakan sulit untuk nantinya melakukan perbaikan rumah karena tanah setiap waktu terus bergerak, seperti bergeser dan ambles. Asep juga mengimbau kepada warga yang masih bertahan di rumahnya untuk selalu waspada.
Baca juga:
Balok Kayu dan Hujan 107 mm Disebut Penyebab Banjir Bandang Gunung Mas
Dengan curah hujan tinggi seperti sekarang ini dikhawatirkan tanah bergerak bertambah masif. "Jika merasakan atau melihat tanda-tanda akan datang bencana segera mengungsi atau menghubungi petugas terdekat untuk dilakukan evakuasi," katanya.