TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 23 warga Norwegia yang menerima vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech meninggal. Dari kematian itu, 13 di antaranya meninggal karena efek samping vaksin.
Baca:
Vaksin Covid-19 dari Sinopharm Akan Disuntikkan ke Anak-anak di Cina
Badan Obat Norwegia (NMA) mengatakan hasil otopsi terhadap 13 jenazah menunjukkan bahwa efek samping umum vaksin Covid-19 diduga berkontribusi pada reaksi parah terhadap orang tua yang lemah. Efek samping ini berupa demam dan mual. Diketahui 13 korban ini berusia 80 tahun ke atas.
Menanggapi kasus tersebut, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Ari Fahrial Syam menerangkan, yang terjadi di Norwegia itu memang disuntikkan ke orang berusia lanjut. “Dari segi risiko memang ada kemungkinan terjadi sesuatu,” ujar dia melalui sambungan telepon, Rabu, 20 Januari 2021.
Yang terpenting, menurut Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI itu, orang-orang itu meninggalnya terkait langsung tidak dengan vaksin atau secara umum saja yang bersangkutan meninggal, seperti usia yang sudah tua.
Norwegia mulai menjalankan program vaksinasi pada bulan lalu, tepat setelah vaksin Pfizer-BioNTech disetujui oleh European Medicines Agency (EMA). Hampir 33 ribu orang telah menerima dosis di negara itu, menurut data OurWorldInData yang berbasis di Inggris.
Ari juga menambahkan, vaksin yang disuntikkan saat ini sudah memasuki tahap tiga pengujian dan masuk ke tahap empat yaitu post markerting surveillance. “Artinya efek samping signifikan boleh dibilang dilewati dan akan ada masukan lagi nanti setelah vaksin sudah disuntikkan ke masyarakat,” tutur dia.
Lulusan master biologi molekuler di University of Queensland, Australia itu menjelaskan bahwa saat ini seluruh vaksin Covid-19 yang disuntikkan mulai memasuki pengawasan pascapemasaran. “Ini merupakan tahap keempat dari vaksin itu sendiri."