Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

5 Hal yang Perlu Diketahui tentang Terapi Plasma Konvalesen Pasien Covid-19

image-gnews
Kantong berisi plasma konvalesen milik penyintas Covid-19 yang melakukan donor plasma konvalesen di PMI DKI Jakarta, Selasa, 19 Januari 2021. Sebanyak 307 penyintas Covid-19 per 1 hingga 15 Januari 2021 telah mendonorkan plasma konvalesen, hasil dari plasma konvalesen tersebut nantinya akan ditransfusikan ke tubuh pasien positif Covid-19 untuk membantu proses penyembuhan pasien tersebut. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Kantong berisi plasma konvalesen milik penyintas Covid-19 yang melakukan donor plasma konvalesen di PMI DKI Jakarta, Selasa, 19 Januari 2021. Sebanyak 307 penyintas Covid-19 per 1 hingga 15 Januari 2021 telah mendonorkan plasma konvalesen, hasil dari plasma konvalesen tersebut nantinya akan ditransfusikan ke tubuh pasien positif Covid-19 untuk membantu proses penyembuhan pasien tersebut. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Terapi plasma konvalesen semakin populer sebagai salah satu cara untuk menyembuhkan infeksi Covid-19. Bahkan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa masyarakat bisa berkontribusi terhadap peningkatan angka kesembuhan pasien Covid-19 dengan  menjadi donor pada terapi plasma konvalesen.

Baca:
Plasma Konvalesen Ditetapkan Pengobatan Darurat Covid-19 di Amerika

Dengan menjadi pendonor, masyarakat turut berkontribusi menjunjung tinggi semangat gotong royong dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan penanganan pasien Covid-19, terutama pada kasus dengan gejala berat dan kritis.

“Indonesia sedang berusaha menyediakan bank donor plasma konvalesen untuk terapi pada pasien Covid-19 yang membutuhkan. Saya berharap sinergi yang baik antar lapisan masyarakat dalam penanganan Covid-19 dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa,” ujar dia, 5 Januari 2021 lalu.

Namun, apa yang dimaksud dengan terapi plasma konvalesen? Dokter dan dosen ilmu patologi klinik dari Univeritas Sebelas Maret Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan beberapa poin mengenai terapi plasma konvalesen berikut ini.

1. Apakah terapi plasma konvalesen adalah terapi baru? 

Menurut Tonang, terapi plasma konvalesen sudah dikenal sejak tahun 1850-an. Kemudian setiap kali ada kejadian luar biasa (KLB) atau wabah, terapi ini menjadi pilihan awal, terutama ketika belum didapatkan terapi yang definitif dan spesifik. 

Penggunaannya sedikit menurun ketika mulai ditemukan obat sulfonamid dan penicillin di sekitar tahun 1935-1941. “Tapi ketika mulai ada lagi KLB dan wabah di tahun 2000-an, terapi plasma konvalesen kembali meningkat penggunaannya, termasuk dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Senin, 25 Januari 2021.

2. Apa prinsip dasar terapi plasma konvalesen?

Pada prinsipnya, Tonang menjelaskan, terapi plasma konvalesen merupakan memberikan plasma dari orang yang sudah sembuh dari Covid-19, kepada pasien yang sedang mengalami sakit karena Covid-19. 

3. Apa tujuan dari terapi plasma konvalesen? 

Dugaan mekanisme terapetik terapi plasma konvalesen, menurutnya ada dua. Pertama dengan memberikan antibodi untuk melawan Covid-19 dalam tubuh pasien.

“Kedua, membantu pasien meredakan peradangan hebat (hiperinflamasi response) melalui sitokin, protein dan faktor-faktor anti-inflamasi dalam plasma yang didonorkan,” kata Tonang.

4. Apakah terapi plasma konvalesen efektif dan aman? 

Beberapa laporan, Tonang berujar, baik laporan kasus, serial kasus, maupun review sistematis dan meta-analis, sejauh ini memberikan simpulan bahwa terapi plasma konvalesen itu memberi sedikit manfaat atau manfaatnya tidak signifikan.

Bahkan, Tonang menerangkan, ada beberapa penelitian yang dihentikan, karena hasil sementara belum menunjukkan manfaat signifikan. “Memang masih terdapat perbedaan standar minimal titer antibodi dan daya netralisasi yang dipersyaratkan. Faktor tersebut juga mempengaruhi variasi hasil,” ujar Tonang.

Sementara dari segi keamanan, dua laporan dari review terhadap 5 ribu dan 20 ribu orang yang menerima terapi plasma konvalesen, risiko yang terjadi setara dengan risiko pada orang menerima transfusi darah selama ini. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meskipun sudah dengan pemeriksaan penyaring ketat, lalu dilakukan reaksi silang (cross-match) sebelum ditransfusikan, selalu tetap ada risiko yang terjadi ketika pasien menerima transfusi. “Demikian juga pada terapi plasma konvalesen ini,” tutur dia.

Angka kejadian reaksi transfusi pada donor darah kecil, tapi tetap ada yang mengalami. Begitu juga pada terapi plasma konvalesen. Maka sebagaimana pada pemberian transfusi, harus ada pengawasan dan antisipasi terjadinya reaksi transfusi. 

Ada yang mengkhawatirkan terjadinya antibody-dependent enhancement (ADE) pada terapi plasma konvalesen, terutama bila plasma yang didonorkan ternyata tidak cukup mengandung antibodi penetralisasi (neutralizing antibodi). Kekhawatiran ini memang ada dasarnya. Tapi sejauh ini, belum ada laporan kejadian tersebut. 

5. Mengapa terapi plasma konvalesen bisa membuat sembuh?

Tonang menjelaskan bahwa jika per kasus, ada yang berhasil baik. Ada dua faktor yang dianggap penting, tanpa meremehkan faktor-faktor lain. 

Pertama, kata dia, titet antibodi dari donor harus kuat. “Lebih tepat lagi sebenarnya adalah daya netralisasinya harus kuat,” kata Tonang.

Untuk calon donor terapi plasma konvalesen, dia memperingatkan, tidak cukup dengan pemeriksaan rapid test antibodi menggunakan metode lateral, tapi harus dengan metode khusus dihitung berapa kadarnya. 

“Sayangnya, belum ada patokan baku berapa kadar minimal yang cukup. Secara internasional, angka patokannya juga masih bervariasi. Untuk Indonesia, buku panduan menetapkan angka minimal 1:320. Ini bila dengan metode dilusi,” ujar dia.

Untuk kepastian angkanya, lebih tepat sebenarnya dengan mengukur daya netralisasi. Yang diukur dalam daya netralisasi ini tidak hanya satu jenis Antibodi G atau IgG dari protein tertentu, tapi semua antibodi dalam plasma calon donor.

“Bisa IgG, bisa juga IgA dan IgM, serta untuk beberapa jenis antigen dalam virusnya. Jadi tidak tunggal,” tutur Tonang.

Standar BPOM untuk Indonesia, daya netralisasi plasma calon donor adalah minimal 1:160. Pemeriksaan ini yang baru proses validasi di Kementerian Kesehatan, jadi belum bisa digunakan masyarakat. 

Prinsip dasarnya, menurut Tonang, adalah semakin tinggi kadar antibodinya, diharapkan daya netralisasinya juga makin kuat. Netralisasi ini adalah proses antibodi menyelubungi dan mengikat virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, sehingga tidak bisa berikatan dengan sel tubuh manusia. Selanjutnya virus itu dibersihkan oleh tentara sistem imun kita. 

Untuk saat ini, karena tidak selalu bisa dilakukan uji-uji tersebut, maka selama terbukti ada antibodinya, entah seberapa, diambil plasmanya untuk terapi plasma konvalesen. Maka hasilnya juga bervariasi. 

Sedangkan, faktor kedua adalah waktu pemberian. Durasi waktu yang tepat adalah ketika pasien mengalami viral load tinggi. Maka pemberian terapi plasma konvalesen dengan kadar antibodi tinggi (dan daya netralisasi yang kuat) akan efektif membersihkan virus tersebut. 

Menurut Tonang, dokter mengenal ada tiga tahapan dalam proses perjalanan penyakit Covid-19. “Di awal, virus yang berperan. Di tengah terjadi peralihan. Di akhir, response imun hebat yang menentukan. Maka pemberian terapi plasma konvalesen efektif pada fase awal itu. Tapi ketika sudah terjadi situasi hiperinflamasi oleh respon imun, efektivitas terapi plasma konvalesen menjadi berkurang signifikan,” ujar Tonang.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Publikasi Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen, Prakiraan Cuaca BMKG, Gempa Laut Selatan

8 jam lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Publikasi Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen, Prakiraan Cuaca BMKG, Gempa Laut Selatan

Topik tentang dosen mendapat skor angka kredit untuk publikasi ilmiah dalam jurnal nasional menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

1 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.


Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

1 hari lalu

Gambar mikroskop elektron pemindaian ini menunjukkan SARS-CoV-2 (obyek bulat biru), juga dikenal sebagai novel coronavirus, virus yang menyebabkan Covid-19, muncul dari permukaan sel yang dikultur di laboratorium yang diisolasi dari pasien di AS. [NIAID-RML / Handout melalui REUTERS]
Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.


Untan Sampaikan Hasil Investigasi Kasus Dosen Joki Nilai Selasa, 23 April

2 hari lalu

Ilustrasi Universitas Tanjungpura. Sumber: Untan.ac.id
Untan Sampaikan Hasil Investigasi Kasus Dosen Joki Nilai Selasa, 23 April

Apa hasil investigasi dosen Untan yang diduga menjadi joki nilai?


Tak Hanya Diduga jadi Joki Nilai, Dosen Untan Manfaatkan Mahasiswa S1 untuk Kepentingan Pribadi

2 hari lalu

Ilustrasi Universitas Tanjungpura. Sumber: Untan.ac.id
Tak Hanya Diduga jadi Joki Nilai, Dosen Untan Manfaatkan Mahasiswa S1 untuk Kepentingan Pribadi

Dosen yang sebelumnya diduga jadi joki mahasiswa S2 FISIP Untan juga kerap memanfaatkan mahasiswa S1 dalam penulisan jurnal tanpa mencantumkan nama.


Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

4 hari lalu

Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa


Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

4 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.


KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

4 hari lalu

Bupati Muna (nonaktif), Muhammad Rusman Emba, menjalani pemeriksaan lanjutan, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 19 Januari 2024. Muhammad Rusman, diperiksa sebagai tersangka dalam pengembangan penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah atau janji terkait pengajuan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional daerah Kabupaten Muna Tahun 2021 - 2022 di Kementerian Dalam Negeri. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.


Mudik Lebaran Dibayangi Masalah Kemacetan dan Infrastruktur, Dosen ITS Jelaskan Perspektif Perencana Transportasi

4 hari lalu

Kendaraan arus balik arah Jakarta terjebak kemacetan di GT Cikampek Utama, Karawang, Jawa Barat, Minggu 14 April 2024. Berdasarkan Survei Potensi Pergerakan Masyarakat Pada Masa Lebaran Tahun 2024 yang dirilis Kementerian Perhubungan, pada puncak arus balik lebaran 2024 tanggal 14 April 2024 diperkirakan sebanyak 41 juta orang atau sekitar 21,2 persen dari total pemudik akan kembali ke kota masing-masing. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Mudik Lebaran Dibayangi Masalah Kemacetan dan Infrastruktur, Dosen ITS Jelaskan Perspektif Perencana Transportasi

Momentum mudik kali ini kembali diiringi oleh permasalahan yang terjadi dari tahun ke tahun.


Kumba Digdowiseiso, Diduga Catut Nama Dosen hingga Bantahannya

5 hari lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
Kumba Digdowiseiso, Diduga Catut Nama Dosen hingga Bantahannya

Sosok Kumba Digdowiseiso menjadi sorotan dunia akademisi tak hanya di Tanah Air, bahkan luar negeri