TEMPO.CO, Jakarta - Anugerah Sastra Rancagé tahun ini akan digelar pada hari Minggu, 31 Januari 2021, mulai pukul 14.00. Selain Erry Riyana Hardjapamekas sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancagé, juga akan ada sambutan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Nadiem Makarim dan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid.
Baca:
Sastra Rancage 2019 Dimenangkan Tiga Penulis
Selain itu, Yayasan Rancagé juga mengundang para juri, penerbit buku, pengarang dan pegiat sastra daerah dari seluruh wilayah di Indonesia.
Biasanya sejak tahun 1989, Yayasan Kebudayaan Rancagé selalu mengundang semua peraih hadiah dari berbagai daerah untuk menerima penghargaan berupa piagam dan uang dengan menyelenggarakan acara secara tatap muka. Namun berbeda dengan tahun ini, Anugerah Sastra Rancagé 2021 akan dilaksanakan secara virtual melalui sambungan Zoom dan Youtube.
Bagi pegiat sastra daerah di Indonesia, kiprah Yayasan Kebudayaan Rancagé dalam pengembangan bahasa ibu tidak diragukan lagi. Yayasan ini didirikan oleh budayawan Indonésia, Ajip Rosidi (1938—2020) yang sejak tahun 1989 memberikan Hadiah Sastra Rancagé untuk buku-buku terbaik yang terbit dalam berbagai bahasa daerah.
Titi Surti Nastiti, Ketua Dewan Pengurus Yayasan Kebudayaan Rancagé mengatakan bahwa tahun ini merupakan penganugerahan Hadiah Sastra Rancagé yang ke-33 kalinya tanpa henti.
“Ada tujuh bahasa daerah yang hingga saat ini diberi Hadiah Sastra Rancagé, yaitu Batak, Lampung, Sunda, Jawa, Bali, Madura, dan Banjar. Khusus untuk buku dalam Bahasa Sunda, Jawa, dan Bali, penganugerahan Hadiah Sastra Rancage tidak pernah terputus,” ungkap Titi.
Menurut Titi, menjaga kesinambungan pemberian Hadiah Sastra Rancagé bukan perkara mudah. Buktinya, di Indonesia belum ada lembaga yang mampu menyelenggarakan pemberian hadiah sastra lebih dari seperempat abad tanpa terputus. Konsistensi Hadiah Sastra Rancagé di antaranya berkat komitmen Ajip Rosidi yang tak sungkan mengeluarkan uang pribadi demi kemajuan kebudayaan daerah.
“Sepeninggal Bapak (Ajip Rosidi) pada 29 Juli 2020, banyak yang bertanya apakah Hadiah Sastra Rancagé akan dihentikan? Kami jawab tidak, karena kegiatan ini merupakan salah satu wasiat almarhum. Hadiah Sastra Rancagé akan terus diberikan kecuali tidak ada lagi buku sastra daerah yang terbit. Karena itu, kami sangat berterima kasih kepada PANDI yang telah memfasilitasi kegiatan ini, sehingga masih bisa terselenggara secara online di tahun ini,” sambung Titi.
Ketua PANDI, Yudho Giri Sucahyo menyatakan soal dukungan PANDI terhadap kegiatan ini. Segala bentuk kegiatan dalam rangka mendukung kebudayaan di Indonesia harus tetap dilakukan agar dapat terus berjalan di tengah situasi pandemi saat ini.
“Bahwa demikian penting sastra dan bahasa daerah yang kita miliki. Maka PANDI berkomitmen untuk mendukung acara ini dan siap memfasilitasi dari aspek teknis. Jika melihat potensinya, maka sudah saatnya bahasa daerah dicantumkan pada ISO 3611 agar mempermudah PANDI dalam melakukan proses digitalisasi aksara Nusantara yang saat ini sedang kami upayakan,” ujar Yudho.
Menurut Erry Riyana Hardjapamekas, Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage, di balik kegiatan itu, terselip harapan kiranya pemerintah, baik pusat maupun daerah, menaruh perhatian lebih besar terhadap kegiatan “Rancagé”.
“Bagaimanapun pemerintah memiliki kewajiban memelihara bahasa dan kebudayaan daerah sebagaimana diamanatkan Pasal 36 UUD 1945,” ujarnya.
Namun, sambung Erry hal ini bukan berarti para pengurus mengharap belas-kasih pemerintah. “Pengurus tidak menuntut agar kegiatan Hadiah Sastra Rancagé masuk ke dalam APBN atau APBD. Bukan, sebab Yayasan Kebudayaan Rancagé lebih mengandalkan dan mempercayai prinsip kemandirian, prinsip independensi, dan peran-serta masyarakat. Rancage tidak akan melakukan ketergantungan semacam itu, yang justru dapat mengancam kelancaran kiprah ‘Rancagé’,” kata Erry.
Eri berpandangan bahwa yang diperlukan untuk memelihara bahasa dan sastra daerah adalah perhatian pemerintah dalam bentuk tanggapan nyata. Misalnya, membuat legislasi guna memperkokoh fungsi bahasa daerah dengan menjadikannya sebagai bahasa ibu serta bahasa pengantar minimal di PAUD, TK, dan SD/MI, serta sigap membantu agar karya sastra pemenang ‘Rancagé’ dapat dimanfaatkan, dibaca, dan diapresiasi oleh masyarakat luas.
Hingga tahun ini, Yayasan Kebudayaan Rancagé sudah mengumumkan 122 judul buku sastra daerah terbaik peraih Hadiah Sastra “Rancagé”. Selain itu, “Rancagé” juga memberikan Hadiah Samsudi untuk buku cerita anak-anak, khusus dalam bahasa Sunda.