Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tingkat Efikasi 7 Vaksin Covid-19 di Dunia: Sinovac, Pfizer, Novavax

image-gnews
Petugas vaksinator menunjukkan vaksin COVID-19 produksi Sinovac yang akan disuntikkan kepada sejumlah perwakilan pejabat pada tahap kedua vaksinasi di Kantor Pemkot Bandar Lampung, Lampung, Jumat 29 Januari 2021. Vaksinasi tahap dua di Bandar Lampung ditargetkan sebanyak 9.624 dosis vaksin Sinovac bagi tenaga kesehatan di Kota Bandar Lampung. ANTARA FOTO/Ardiansyah
Petugas vaksinator menunjukkan vaksin COVID-19 produksi Sinovac yang akan disuntikkan kepada sejumlah perwakilan pejabat pada tahap kedua vaksinasi di Kantor Pemkot Bandar Lampung, Lampung, Jumat 29 Januari 2021. Vaksinasi tahap dua di Bandar Lampung ditargetkan sebanyak 9.624 dosis vaksin Sinovac bagi tenaga kesehatan di Kota Bandar Lampung. ANTARA FOTO/Ardiansyah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Petunjuk dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap perusahaan pembuat vaksin Covid-19 harus memastikan tingkat efikasi vaksin mereka sekurang-kurangnya adalah 50 persen.

Baca:
Efikasi Vaksin Covid-19 Drop Lawan Virus Baru dari Afrika Selatan

Organisasi yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss, ini menetapkan standar vaksin dalam dokumen yang disebut dengan Target Product Profile (TPP).

Dalam TPP ini ada beberapa ukuran standar yang dipenuhi berkenaan dengan efikasi, masa perlindungan, dosis pemberian dan kondisi penyimpanan vaksin. Dokumen itu menyebutkan WHO menghendaki tingkat efikasi 70 persen dengan minimun yang harus dicapai 50 persen.

Menurut, Adrian Esterman, kepala bagian BioStatistika dan Epidemiologi di University of South Australia, Adelaide, efikasi dan efektivitas vaksin memiliki perbedaan yang sederhana.

"Tingkat efikasi adalah seberapa bagus vaksin itu bekerja dalam uji klinis. Tingkat efektivitas adalah bagaimana vaksin itu bekerja ketika sudah diberikan kepada masyarakat umum," kata Esterman kepada ABC, 14 Januari 2021 lalu.

Artinya bila 100 orang divaksinasi dalam uji klinik dan tingkat efikasi menunjukkan 50 persen, berarti 50 orang yang divaksin itu akan kebal dari penyakit. Esterman menerangkan ketika vaksin yang sama diberikan kepada masyarakat umum, tingkat efikasinya bisa berbeda, karena dalam uji coba, tidak semua lapisan masyarakat masuk dalam uji coba.

Sementara, Jodie McVernon, Direktur Bidang Epidemiologi dan Penyakit Menular di Doherty Institute, Melbourne, mengatakan target 50 persen yang diterapkan WHO itu menunjukkan "keadaan yang sedang kita hadapi sekarang ini" dan otoritas di seluruh dunia berusaha mencari sesuatu yang bisa membantu mengatasinya.

"Yang kita lihat sekarang adalah sistem layanan kesehatan yang kewalahan, kondisi ekonomi yang memburuk dengan dampak sosialnya dan banyaknya kematian," kata McVernon.

Berikut tingkat efikasi beberapa vaksin Covid-19 di dunia:

1. Sinovac

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengumumkan efikasi atau tingkat khasiat vaksin Sinovac yang diuji klinis di Indonesia, tepatnya di Bandung, Jawa Barat, pada 12 Januari 2021. Efikasi vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinovac Biotech dari Cina tersebut dinyatakan sebesar 65,3 persen.

Angka itu lebih rendah daripada efikasi vaksin Sinovac yang diuji di Turki maupun Brasil. Masing-masing telah lebih dulu mengumumkan klaim efikasi yang dihasilkan sebesar 91,2 persen dan 78,0 persen.

Tentang efikasi berbeda sesama hasil uji klinis vaksin Sinovac, Tim Komnas Penilai Obat, Jarir At Thobari, menjelaskan sejumlah faktor yang mungkin menjadi sebabnya. "Pertama, epidemiologi Covid-19 di Indonesia sendiri," kata Jarir dalam konferensi pers, Senin, 11 Januari 2021.

Faktor lainnya, Jarir menyebutkan, yaitu perilaku masyarakat, proses transmisi dari satu orang ke orang lain, dan karakteristik populasi atau subyek yang diikutsertakan dalam penelitian. Di Turki, kata Jarir, subyek uji klinisnya adalah 20 persen tenaga kesehatan dan 80 persen orang yang memiliki risiko tinggi.

Pun dengan uji klinis di Brasil. "Ini risiko penularan tinggi, bisa mengakibatkan angka kejadian atau efikasi jadi lebih tinggi juga," katanya.

Sedang di Bandung, Jarir membandingkan, relawan vaksin yang dilibatkan berasal dari populasi umum. Menurut Jarir, hal tersebut justru menjadi informasi yang baik bagi penggunaan vaksin itu Indonesia nantinya, "Karena populasi umum itu perlindungannya segitu."

2. Sputnik V

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


WHO: Lonjakan Penyakit Pernafasan di Cina Tak Setinggi di Awal Pandemi Covid, Hanya Flu

12 jam lalu

Orang-orang menunggu di luar rumah sakit anak-anak di tengah peningkatan pneumonia mikoplasma, di Beijing, Cina 24 November 2023. Cina tengah dilanda wabah Penemonia yang banyak menyerang anak-anak. REUTERS/Florence Lo
WHO: Lonjakan Penyakit Pernafasan di Cina Tak Setinggi di Awal Pandemi Covid, Hanya Flu

Lonjakan penyakit pernapasan di Cina saat ini tidak setinggi sebelum pandemi Covid-19, dan bukan disebabkan patogen baru atau tidak biasa.


Lonjakan Penyakit Pernapasan Cina Tidak Setinggi Masa Pra-Pandemik Covid-19

1 hari lalu

Seorang pria yang membawa seorang anak duduk di luar rumah sakit anak-anak di Beijing, Cina, 27 November 2023. REUTERS/Tingshu Wang
Lonjakan Penyakit Pernapasan Cina Tidak Setinggi Masa Pra-Pandemik Covid-19

Sehubungan lonjakan penyakit pernapasan, WHO menegaskan tidak ada patogen baru atau tidak biasa yang ditemukan dalam kasus-kasus baru-baru ini.


Pfizer Gugat Polandia Rp 23 Triliun

4 hari lalu

Logo Pfizer. REUTERS/Carlo Allegri
Pfizer Gugat Polandia Rp 23 Triliun

Pfizer melayangkan gugatan ke Pemerintah Polandia untuk kontrak pembelian vaksin virus corona yang dihentikan pengirimannya.


Tentang Peningkatan Penyakit Pernapasan, Cina: Tidak Ditemukan Patogen Aneh

4 hari lalu

Ilustrasi WHO.  REUTERS/Dado Ruvic
Tentang Peningkatan Penyakit Pernapasan, Cina: Tidak Ditemukan Patogen Aneh

Data menunjukkan peningkatan penyakit pernapasan ini terkait dengan pencabutan pembatasan Covid-19 serta peredaran patogen yang biasa menyerang anak.


Kementan Persiapkan Bahan Baku Obat dan Vaksin Hewan

5 hari lalu

Kementan Persiapkan Bahan Baku Obat dan Vaksin Hewan

Menjaga kesehatan hewan melalui penyiapan bahan baku produksi dan peningkatan mutu obat hewani.


Dinkes DKI Kembali Berikan Vaksin Cacar Monyet Dosis Dua Kepada 495 Orang Berisiko

5 hari lalu

Ilustrasi vaksin Mpox. USA TODAY NETWORK via Reuters Co
Dinkes DKI Kembali Berikan Vaksin Cacar Monyet Dosis Dua Kepada 495 Orang Berisiko

Dinas Kesehatan DKI kembali memberikan vaksin cacar monyet kepada 495 orang berisiko yang sebelumnya telah menerima vaksinasi.


WHO Minta Cina Beri Informasi Mengenai Wabah Penyakit Pernapasan

5 hari lalu

Ilustrasi WHO.  REUTERS/Dado Ruvic
WHO Minta Cina Beri Informasi Mengenai Wabah Penyakit Pernapasan

WHO mengatakan ada laporan peningkatan kejadian penyakit pernafasan di negara tersebut.


Kesepian Jadi Ancaman Kesehatan Global, ini 5 Dampaknya bagi Fisik

7 hari lalu

Ilustrasi wanita kesepian. shutterstock.com
Kesepian Jadi Ancaman Kesehatan Global, ini 5 Dampaknya bagi Fisik

WHO menyatakan kesepian sebagai ancaman kesehatan global. Sejauh mana dampak kesepian pada kesehatan manusia?


Penanganan Covid-19 Setelah Masa Pandemi

8 hari lalu

Dr Leong Hoe Nam (right), anInfectious Disease Specialist at Mount Elizabeth Novena Hospital, Singapore, Dr Egemen Ozbilgili, MD (middle), the Vice President of Asia Medical Lead, Pfizer Emerging Markets Asia, and Choo Houren (right), an oral antiviral user in a discussion of oral antiviral use to treat Covid-19 in the endemic age, in the Conrad Centennial Singapore, on November 17, 2023.  Photo by: Pfizer.
Penanganan Covid-19 Setelah Masa Pandemi

Ahli menyatakan pentingnya mengobati gejala Covid-19 untuk mencegah penyakit menjadi parah atau bahkan terjadinya peradangan.


Kongres APSR 2023: Covid-19 Masih Mengancam Kesehatan

8 hari lalu

Kongres APSR 2023: Covid-19 Masih Mengancam Kesehatan

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), meskipun deklarasi darurat kesehatan masyarakat sudah berakhir, Covid-19 masih menjadi ancaman global.