Kebanyakan sampel Bulan yang dikumpulkan selama enam misi Apollo tersegel dalam kontainer di Lunar Sample Laboratory Facility di Johnson Space Center, NASA, di Houston, Texas. Beberapa dipisahkan ke dalam potongan-potongan kecil dan sudah diuji segera setelah mereka tiba di Bumi. Beberapa lainnya tetap tak tersentuh, dijaga sampai kemajuan teknologi bisa mengupas asal usulnya.
Ilmuwan NASA, misalnya, baru aja membuka satu sampel, juga dari Apollo 17, dua tahun lalu, atau beberapa bulan setelah perayaan 50 tahun misi Apollo 11. "Apa yang kami pelajari sama seperti kami meneliti sampel batuan dari Bumi. Bagaimana proses pembentukannya? Terbuat dari apa? Jenis batuan apa ini?" kata Petro.
Tapi, tidak seperti batuan Bumi, sampel batuan Bulan berusia sangat tua. Bulan, yang diperkirakan sudah ada setidaknya sejak 4,5 miliar tahun lalu, tidak memiliki siklus lempeng tektonik batuan seperti halnya Bumi. Begitu juga dengan peristiwa erosif yang disebut sangat berbeda dari di Bumi. Itu artinya permukaan Bulan adalah rumah untuk jenis-jenis batuan tertua yang pernah diteliti ilmuwan di atau dari Bumi.
Sampel-sampel itu juga membantu para peneliti memahami lebih baik lingkungan antariksa yang keras. "Jika Anda mengamati permukaan batuan itu dengan mikroskop, Anda dapat melihat seluruhnya memiliki bopeng-bopeng yang disebabkan partikel debu hypervelocity," kata Thompson. "Kalau Bumi memiliki atmosfer yang melindungi kita, Bulan tidak. Jadi, dia terus dibombardir dengan partikel debu itu."
Sementara itu, sampel 76015.143 bukanlah batuan Bulan pertama yang sampai ke Ruang Oval, Gedung Putih. Pada 20 Juli 1999, astronot Neil Armstrong, Buzz Aldrin, dan Michael Collins menghadiahi Presiden Bill Clinton dengan sampel batu 10057.30. Sampel itu diambil dari potongan sampel batuan induknya, 10057.
Keberadaan sampel 76015.143 dalam Ruang Oval juga bisa memberi makna atas komitmen kebijakan Joe Biden terhadap sains dan teknologi. Ini juga bisa menjadi petunjuk ke mana dia akan mengarahkan eksplorasi NASA di masa pemerintahannya nanti.
Pada 2019, di masa pemerintahan Presiden Donald Trump, NASA mengungkap Program Artemis yang bertujuan mengirim perempuan pertama dan pria berikutnya ke Bulan pada 2024. Ini tenggat yang ketat, dan program itu telah mengalami beberapa kali penundaan. Banyak yang bertanya-tanya apakah pemerintahan Biden nanti akan melakukan refokus ke hal lain di sistem tata surya?
Baca juga:
4 Tahun Berkuasa, Donald Trump Dinilai Bahayakan Sains Amerika
Jadi, seperti halnya dia menjadi jendela atas sejarah di Bulan, sampel 76015.143 pun menjadi menjadi jendela untuk melihat masa depan bagi NASA. Badan Antariksa itu dalam pernyataan resminya saat mengumumkan penempatan sampel 76015.143, mencoba menjawab sendiri perihal pertanyaan masa depan itu dengan mengklaim Presiden Joe Biden menunjukkan, "dukungan untuk pendekatan eksplorasi Amerika ke Bulan hingga Mars."
POPULAR MECHANICS