TEMPO.CO, Yogyakarta - Alat untuk screening kasus Covid-19 dari Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose C19, diduga telah dimanfaatkan sejumlah pihak untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Alat deteksi Covid-19 non invasif, karena lewat embusan napas, itu didapati dipasarkan dengan harga beragam pasca mendapatkan izin edar.
Salah satunya seperti yang dijual di salah satu situs belanja online atau e-commerce belakangan ini. "Ada yang Rp 75 juta, Rp 80 juta bahkan Rp 90 juta,” ujar Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM, Hargo Utomo, dalam keterangan resmi yang dibagikan, Selasa 2 Februari 2021.
Hargo menegaskan distribusi GeNose sudah dikelola oleh PT Swayasa Prakarsa. Saat ini, dia menambahkan, telah ada tiga distributor resmi GeNose C19 dan menyusul 3 distributor lainnya.
Hargo juga menjelaskan Harga Eceran Tertinggi (HET) GeNose sebesar Rp 62 juta per unit (sebelum dikenakan pajak). “Harganya sudah ditentukan dan tidak diperbolehkan menjual di atas harga tersebut,” kata Hargo.
Petugas meniup kantong nafas untuk dites dengan GeNose C19 di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Ahad, 24 Januari 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat
Untuk itu Hargo berharap agar masyarakat berhati-hati dan waspada dengan tawaran untuk membeli GeNose selain melalui distributor resmi yang ditunjuk. Sementara ini, dia juga menyatakan, GeNose juga belum ditawarkan melalui situs belanja online.
Baca juga:
Alat Sejenis Dibuat di Israel, Ini Kata Peneliti GeNose UGM
Hargo yang juga mewakili UGM Science Techno Park menambahkan pemasaran GeNose C19 saat ini diprioritaskan untuk penanggulangan Covid-19 pada layanan kesehatan, rumah sakit, layanan publik, pemerintahan, sekolah, pesantren, kampus dan perusahaan/industri.“Dalam tahap ini belum diprioritaskan untuk skala rumah tangga atau perseorangan,” kata dia.