TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG tak hanya meminta mereka yang berada di darat untuk waspada di kala puncak musim hujan Januari-Februari ini. Dalam update siaran pers potensi multibencana hidrometeorologis, gempa bumi dan tsunami yang dirilis pada 31 Januari 2021, BMKG juga memperingatkan mereka yang berada di udara alias penerbangan.
Seperti ditulis sebelumnya, BMKG meminta untuk tetap mewaspadai kejadian cuaca ekstrem di wilayah Indonesia hingga sepanjang Februari, dan bahkan masih mungkin terjadi pula hingga Maret nanti. Selain masih adanya fenomena La Nina, beberapa faktor pengendali iklim di wilayah Indonesia aktif mempengaruhi penguatan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia saat ini.
Baca juga:
BMKG: Waspada Curah Hujan Tinggi dan Potensi Banjir Awal Februari
Di antaranya adalah Monsoon Asia serta Daerah Konvergensi Antar Tropis (ITCZ) atau Zona Pertemuan Angin dari arah Asia dan dari arah Australia yang memperlihatkan anomali. Selain itu MJO (Median-Julian Oscillation) yang merupakan pergerakan kumpulan awan-awan hujan dari Samudera Hindia sebelah Timur Afrika yang saat ini sedang melintasi wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik, juga berpengaruh dalam meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia.
Dampaknya untuk cuaca penerbangan, BMKG lewat Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan Edison Kurniawan, menyampaikan bahwa untuk periode 1-7 Februari 2021 secara umum masih berpotensi tinggi terjadinya pembentukan awan-awan Cumulonimbus (CB). Jenis awan yang dapat membahayakan penerbangan itu diprediksi yang memiliki cakupan spasial tertinggi, lebih dari 75 persen, terjadi di Nusa Tenggara Timur bagian selatan.
Sedang awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum 50-75 persen diprediksi terjadi di Aceh bagian barat, Sumatera Barat bagian timur, Jambi bagian selatan, Banten bagian selatan, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, DIY bagian selatan, sebagian Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian NTB, dan sebagian NTT.
Selain itu di sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan bagian utara, Kalimantan Timur bagian barat, Kalimantan Utara bagian timur. Lalu juga sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Sulawesi Utara, di Maluku bagian selatan, Maluku Utara bagian selatan, sebagian Papua dan Papua Barat.
Prediksi juga menyebut potensi yang sama di Samudera Hindia barat Aceh, Samudera Hindia selatan Sumatera, Samudera Hindia selatan Jawa, Laut Jawa, Selat Makassar bagian selatan, Laut Sulawesi, Laut Sumbawa, Laut Banda, Teluk Cederawasih, Samudera Pasifik utara Papua, Laut Arafura.
Untuk itu BMKG terus mengimbau masyarakat dan semua pihak yang terkait dengan sektor transportasi, agar selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi di puncak musim hujan ini. "Demi mewujudkan keselamatan dalam layanan penerbangan," kata Edison.
Untuk mempercepat dan memperluas layanan informasi cuaca penerbangan, sejak 2018 BMKG telah menyampaikan update informasi prakiraan cuaca di seluruh bandara melalui aplikasi mobile phoneInfo BMKG, juga melalui layar-layar display cuaca di seluruh bandara, pelabuhan dan display cuaca publik untuk beberapa lokasi strategis.
Baca juga:
LAPAN: Tak Ada Awan Ekstrem saat Sriwijaya Air SJ-182 Hilang Kontak
Informasi dalam aplikasi Info BMKG tersebut meliputi informasi cuaca setiap jam hingga prediksi kondisi cuaca untuk empat jam ke depan. Sedangkan informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca untuk area maupun rute penerbangan seperti SIGWX (Significant Weather Chart) dan SIGMET (Significant Meteorological Information) dapat diakses dalam laman aviation.bmkg.go.id.