TEMPO.CO, Jakarta - Virus corona Covid-19 semakin mencemaskan begitu mereka bermutasi. Yang terbaru adalah varian virus corona B.1.1.7, yang pertama terdeteksi di Inggris dan diketahui lebih infektif, telah mendapatkan sebuah mutasi baru (mutasi E484K).
Mutasi yang dimaksud adalah yang sama yang sudah lebih dulu tampak pada SARS-CoV-2 varian B.1.351 dari Afrika Selatan. Varian ini, di laboratorium, terbukti mampu menghindar dari sebagian pertahanan imun tubuh.
Baca juga:
Berita Terkini Covid-19 Dunia: Inggris Geser Rusia, Virus Bermutasi Lagi
Yang terbaru ditemukan dan diumumkan di Inggris pada 1 Februari lalu adalah 11 sampel varian virus corona B.1.1.7 dengan fitur E484K. Ravindra Gupta dari University of Cambridge dan koleganya telah mengkonfirmasi kalau kesebelasnya menjadi memiliki kemampuan lebih baik dalam menggocek pertahanan imun tubuh.
Dalam kata lain, virus tidak hanya mampu menyebar lebih cepat tapi juga lebih 'kuat'. "Jika ini tidak dihentikan, virus ini bisa mengalahkan varian saudara tuanya B.1.1.7 yang sudah lebih dulu menyebar ke banyak negara di dunia," kata Gupta.
Pemerintah Inggris juga mengumumkan kalau ke-11 kasus B.1.351 plus E484K yang sudah ditemukan itu tidak berelasi dengan riwayat perjalanan ke luar negeri. Artinya, penularan terjadi dalam masyarakat lokal--bukan kasus impor.
Pemerintah Inggris telah langsung melacak kemungkinan lebih banyak kasus yang sama di delapan kawasan untuk menemukan dan menghapus penyebaran varian mutasi berbahaya itu.
Sebelumnya, otoritas di Inggris telah mengidentifikasi sebanyak 105 kasus positif Covid-19 dengan sampel virus B.1.351, tapi seluruhnya terkait riwayat perjalanan. Dikhawatirkan 11 kasus yang terbaru hanyalah puncak dari gunung es di laut, di Inggris maupun dunia.
Selain ke Inggris, varian virus corona B.1.351 diketahui telah menyebar dari Afrika Selatan ke sejumlah negara lainnya di dunia seperti Amerika Serikat. Kasusnya juga muncul di beberapa negara di Eropa, di Israel dan di banyak negara di sub-Sahara Afrika.
Di Amerika Serikat, otoritas di South Carolina pada 28 Januari lalu melaporkan temuanya pada dua orang yang tidak saling terkoneksi satu sama lain. Keduanya juga telah dipastikan tak memiliki riwayat bepergian ke Afrika Selatan.
Penyebaran lokal juga telah dilaporkan di Belgia, Austria dan Israel, dan di beberapa negara di Afrika termasuk Zambia, Mozambik, Botswana dan Tanzania. Sedang kasus terdeteksi di Australia, Selandia Baru, Cina dan Jepang dilaporkan terkait riwayat perjalanan alias kasus impor.
Baca juga:
Efikasi Vaksin Covid-19 Drop Lawan Varian Virus dari Afrika Selatan
Belum jelas benar apakah B.1.351 memiliki kemampuan menginfeksi dan menyebar lebih cepat. Tapi yang sudah diketahui adalah adanya mutasi E484K yang membuat varian ini bisa meliuk dari beberapa antibodi yang terbentuk alami oleh infeksi varian virus corona yang lain ataupun dari vaksin.
Kecemasan besarnya adalah kalau varian virus corona itu berevolusi lebih jauh dan mampu sepenuhnya mengelabui sistem imun tubuh, melemahkan upaya vaksinasi.
Dengan banyak negara yang tidak banyak atau bahkan tidak sama sekali mengerjakan sekuensing, kemungkinan varian B.1.351 telah menular lebih luas daripada kasus-kasusnya yang sudah muncul. Björn Meyer dari Pasteur Institute, Prancis, mencontohkan kasus di Cologne, Jerman.
"Saat dilakukan sekuensing sampel virus besar-besaran didapati lima persen kasus infeksi Covid-19 di kota itu berasal dari varian B.1.351," katanya.
Baca juga:
3 Varian Virus Covid-19 Jenis Baru yang Bikin Pusing Ilmuwan Dunia
Ada pula kecemasan mengenai varian virus corona P.1 yang ditemukan di Brasil. Varian ini memiliki mutasi yang sama dengan B.1.351, termasuk mutasi E484K. Sejauh ini, belum ditemukan penularan lokal Covid-19 dari varian virus corona P.1 yang sudah dilaporkan di luar Amerika Selatan.
NEWSCIENTIST