TEMPO.CO, Lubukbasung - Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mencatat total kematian massal ikan nila di Danau Maninjau akibat cuaca angin kencang mencapai 15 ton. Ikan-ikan itu berasal dari puluhan keramba jaring apung milik puluhan petani di Nagari Bayua sebanyak lima ton dan Nagari Koto Malintang 10 ton.
Belakangan, pada Kamis 4 Februari 2021, bau tak sedap mulai menyebar dari danau vulkanik itu. Seorang pengunjung, Yanto (40), mengungkap bau menyengat sudah tercium dari jauh sekalipun dia masih berada dalam mobil dengan kaca jendela tertutup rapat.
Baca juga:
Viral Puting Beliung di Waduk Gajah Mungkur Ciptakan Belalai Raksasa
Sesampainya di lokasi Danau Maninjau, bau semakin mengganggunya. "Saya merasa pusing dengan kondisi tersebut, karena saya sempat turun di lokasi itu," katanya, Kamis.
Ernita, warga setempat, menerangkan peristiwa kematian massal ikan-ikan secara mendadak terjadi Senin lalu. Bau tidak sedap mulai terasa Selasa yang, menurutnya, disebabkan perut ikan-ikan mulai pecah. "Bangkai ikan itu dibuang pemilik keramba jaring apung ke dalam danau begitu saja," kata dia.
Penyuluh di Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Asrul, mengatakan ikan-ikan mati mendadak setelah angin kencang melanda daerah itu pada Sabtu dan Minggu sebelumnya. "Ikan mati akibat oksigen di dasar danau berkurang, sehingga ikan pusing dan beberapa jam kemudian mati," katanya.
Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto, mengatakan sebab yang sama. Ikan menjadi pusing dan mengapung ke permukaan setelah oksigen berkurang di dasar danau. Setelah itu ikan mati secara massal dan bangkainya mengapung di dalam keramba jaring apung.
"Satu keramba jaring apung dengan kematian sekitar 100 sampai 200 kilogram," kata Ermanto, "Total kerugian petani akibat kematian itu sekitar Rp 300 juta."
Baca juga:
Sapuan Angin Kencang dan Hujan Petir Kejutkan Yogya, Apa Kata BMKG?
Ermanto mengimbau nelayan untuk memanen ikan untuk dipindahkan ke kolam air deras mengantisipasi kerugian yang lebih besar lagi di danau yang sebenarnya sudah digolongkan krisis karena perikanan yang berlebihan itu. Menurutnya, potensi kematian ikan masih besar karena potensi angin kencang juga masih tinggi.