TEMPO.CO, Bandung - Tim riset uji klinis vaksin Sinovac dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran yakin vaksin Covid-19 untuk kalangan orang lanjut usia (lansia) aman dipakai. Selain itu imunogenisitas atau pembentukan antibodi dinilai tinggi. ”Jangan takut sama vaksinnya tapi penyakitnya,” kata ketua tim riset Kusnandi Rusmil, Senin, 8 Februari 2021.
Tim riset Unpad memang tidak menyasar kalangan lansia dalam uji klinis CoronaVac, vaksin buatan Sinovac Biotech, Cina, yang masih berjalan di Kota Bandung hingga kini. Penelitian uji klinis fase tiga atau tahap hanya untuk kalangan usia 18 hingga 59 tahun.
Adapun uji klinis tahap tiga vaksin untuk lansia itu hanya digelar Sinovac di Brasil. Sedang di Cina termasuk dalam uji tahap awalnya. “Enggak apa-apa, kan uji klinis di luar sudah ada, tinggal ambil. Kalau WHO sudah keluarkan izin, di seluruh dunia bisa keluarkan juga,” ujarnya.
Soal dampak penyuntikan, menurut guru besar bidang kesehatan anak di Unpad itu, dipastikan ada efek samping dari vaksinasi. Contohnya nyeri di bekas suntikan sampai membuat pingsan--sebagai efek yang terburuk.
“Secara statistik dari 1 juta ada 1-2 orang, itu pasti terjadi. Jadi kalau 10 juta orang divaksin akan ada sekitar 20 kasus pingsan,” katanya sambil menambahkan cepat stok vaksin Covid-19 yang tersedia di Indonesia saat ini masih terbatas sehingga efek pingsan juga dipastikannya sangat terbatas.
Reaksi berat dari vaksinasi, ujar Kusnandi, biasanya segera muncul dalam kurun 30 menit itu. Karenanya, dia menambahkan, di setiap lokasi vaksinasi ada pemeriksaan hingga meja keempat di mana penerima vaksin Covid-19 diminta menunggu untuk observasi selama 30 menit. “Makin cepat datang makin berat reaksinya, tapi ada juga yang reaksinya lambat tapi tidak berat,” ujarnya.
Kepastian munculnya reaksi berat itu disebutnya karena faktor bawaan dari yang divaksinasi. “Misal satu orang makan udang 1 kilogram enggak apa-apa, tapi ada yang setengah kilo sudah gatal. Jadi jangan disalahkan vaksinnya, memang bawaan orang itu sendiri.”
Seperti saat uji klinis, lansia yang akan divaksinasi harus dalam kondisi sehat. Jika ada yang sakit harus menunggu sembuh. Adapun yang terkait dengan penyakit penyerta atau komorbid, harus dalam kondisi terkontrol. “Kalau sehat, reaksi imunnya bagus membentuk antibodinya tinggi. Kalau tidak sehat hanya sedikit pembentukan antibodinya,” kata Kusnandi menerangkan.
Masa jeda penyuntikan pertama dan kedua pada vaksinasi lansia selama 28 hari. Menurut Kusnandi, rentang waktu itu sebenarnya ideal dibandingkan dengan yang hanya 14 hari karena antibodi yang dihasilkan bisa bertahan lebih lama dalam tubuh. “Jeda 14 hari penyuntikan karena WHO ingin vaksinasi dipercepat supaya segera muncul kekebalan di masyarakat," kata dia.
Manajer tim riset Eddy Fadlyana mengatakan, kalangan lansia yang ingin divaksinasi vaksin Covid-19 diminta berkonsultasi dengan dokter masing-masing. “Kalau kondisinya baik, stabil, keadaan umumnya cukup kuat silakan,” ujarnya.
Baca juga:
Profesor Ini Sebut 2 Alasan Lansia di Indonesia Jangan Takut Vaksin Covid-19
Seperti diketahui, Indonesia telah mengikuti langkah global yakni prioritas pemberian vaksin Covid-19 untuk kalangan lansia. Untuk tahap awal saat ini, lansia yang dipilih adalah dari antara tenaga kesehatan. Vaksin yang digunakan masih vaksin Sinovac yang sudah lebih dulu tersedia saat ini.