“Harus bekerja keras untuk meyakinkan anak bahwa kita selalu ada untuk memandu dan melindungi mereka,” katanya menambahkan.
Kemudian, ketika menilai apakah sebuah game yang cocok untuk anak, penting juga untuk memeriksa tidak hanya kontennya, tapi juga apakah game itu memungkinkan komunikasi online dengan orang lain. Beberapa game multiplayer hanya menyediakan sedikit opsi interaksi sosial, seperti sekadar memberikan suka (like) dan bukan chat tertulis.
Baca juga:
Kecanduan Game Online di Masa Pandemi, Waspada Gaming Disorder
“Ini cukup banyak mengurangi risiko terjadinya interaksi sosial yang tidak diinginkan,” kata Lucia.
3. Tunjukkan konten sesuai dengan usianya
Menurut Lucian, ketakutan jika anak menemui konten yang tidak pantas sudah lama menjadi salah satu kekhawatiran terbesar orang tua, berdasarkan banyak survei. Ada fitur keamanan keluarga yang bisa dimanfaatkan orang tua untuk membantu melindungi anak dari konten yang mungkin tidak sesuai dengan usianya. Namun, survei menunjukkan bahwa jumlah orang tua yang menggunakan fitur tersebut masih kurang dari 40 persen.
Salah satu fiturnya seperti SafeSearch di Google. Jika diaktifkan, fitur ini dapat membantu memfilter konten eksplisit di hasil penelusuran Google untuk semua jenis penelusuran, termasuk gambar, video, dan situs. Fitur ini didesain untuk memblokir hasil penelusuran yang tidak pantas dari hasil penelusuran Google, misalnya pornografi.
Kemudian ada juga kelola perangkat anak dengan membuat akun Google untuknya dan menggunakan Family Link. Ini memungkinkan orang tua untuk menambahkan filter pada Google Search, memblokir situs, hanya memberikan akses kepada orang yang diizinkan, atau melacak lokasi anak apabila dia memiliki perangkat sendiri.
Selain Family Link di Google, Lucian juga mengungkap tersedia banyak kontrol orang tua di YouTube Kids. "Penggunanya dapat membatasi waktu penggunaan, hanya menampilkan video yang Anda setujui, atau memilih konten yang sesuai dengan usia anak," katanya.