TEMPO.CO, Jakarta - Dalam studinya dua tahun lalu, Patricia Hunt dari Washington State University, mengungkap kalau manusia terpapar bahan kimia plastik, yang bisa menganggu kerja hormon, lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Beberapa dampak dari paparan itu adalah penyakit kanker dan pembelokan gender.
Khusus studi bahan kimia plastik yang bisa membelokkan gender pernah dilakukan hampir 15 tahun lalu. Saat itu, dimuat dalam jurnal Environmental Health Perspectives, studi dianggap memberi bukti pertama dampak bahan kimia plastik yang digunakan sehari-hari ke manusia.
Bahan kimia yang dimaksud adalah ftalat (phthalates), senyawa kimia ester yang membuat plastik-plastik lebih lentur dan dapat ditemukan pada produk kosmetik, cat, selain mainan anak dan botol susu bayi. Parahnya, ftalat bisa bocor ke lingkungan seperti air dan juga makanan.
Seluruh studi sebelumnya menduga bahan kimia itu menumpulkan pengaruh hormon testosteron pada hewan jantan. "Penelitian-penelitian ini menggarisbawahi kebutuhan pengendalian lebih keras terhadap senyawa kimia gender-bending. Kalau tidak, alam habitat liar dan bayi-bayi laki-laki yang akan menjadi korbannya," kata Gwynne Lyons, penasihat bidang sampah beracun untuk WWF Inggris.
Studi yang memberi bukti pertama itu dilakukan terhadap 85 bayi laki-laki yang lahir dari para perempuan yang semasa kehamilannya diketahui terpapar penggunaan ftlalat. Studi dilakukan Shanna Swan dari Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi, University of Rochester, Amerika Serikat, bersama sejumlah koleganya.
Sebagai indeks feminisasi, Swan mengukur 'jarak anogenital' (AGD) antara anus dan pangkal penis. Dia juga mengukur volume penis setiap dari 85 bayi laki-laki itu. Studi-studi sebelumnya telah menyatakan AGD pada anak laki-laki dua kali anak perempuan, terutama karena pada anak laki-laki hormon testosteron memperpanjang perinerium yang memisahkan anus dari testikel."
Studi pada hewan menunjukkan, besar AGD berkurang karena ftalat– yang berlaku bak estrogen--mencegah testosteron berlaku normal. Pada dosis paparan konsentrasi ftalat yang lebih tinggi, hewan jantan mengembangkan abnormalitas lebih serius seperti testikel yang tidak tenggelam dan salah bukaan uretra ke penis – kelompok gejala yang disebut 'phthalate syndrome' pada hewan.
Baca juga:
Ilmuwan AS: Virus Corona Bisa Hidup 3 Hari di Plastik
Ketika Swan dan timnya mengukur konsentrasi sembilan metabolit ftalat dalam urine dari sekelompok perempuan hamil, mereka menemukan empat terkait dengan pemendekan AGD pada bayi laki-laki yang lahir dari perempuan terpapar plastik ber-ftalat konsentrasi tinggi.