TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi laboratorium menunjukkan bahwa varian virus corona Covid-19 Afrika Selatan kemungkinan dapat mengurangi perlindungan antibodi dari vaksin Pfizer dan BioNTech hingga dua pertiga, dan tidak jelas apakah suntikan itu akan efektif melawan mutasi virus tersebut.
Baca:
Australia Setujui Penggunaan Vaksin Covid-19 AstraZeneca
Reuters, Rabu, 17 Februari 2021, melaporkan, studi tersebut menemukan vaksin masih mampu menetralkan virus, dan belum ada bukti dari uji coba pada orang-orang bahwa varian tersebut mengurangi perlindungan vaksin.
Namun, mereka melakukan investasi dan berbicara dengan regulator tentang mengembangkan versi terbaru dari vaksin mRNA atau suntikan penguat, jika diperlukan.
Untuk keperluan penelitian, para ilmuwan dari perusahaan dan University of Texas Medical Branch (UTMB) mengembangkan virus rekayasa yang mengandung mutasi yang sama yang dibawa pada bagian spike varian virus yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, dikenal sebagai B.1.351. Spike itu, yang digunakan virus untuk memasuki sel manusia, adalah target utama dari banyak vaksin Covid-19.
Para peneliti menguji virus yang direkayasa terhadap darah yang diambil dari orang yang telah diberi vaksin, kemudian menemukan penurunan dua pertiga dalam tingkat antibodi penetral dibandingkan dengan pengaruhnya pada versi virus yang paling umum yang lazim dalam uji coba di Amerika.
Temuan mereka dipublikasikan di New England Journal of Medicine (NEJM).
Karena belum ada patokan yang pasti untuk menentukan tingkat antibodi yang diperlukan dalam melindungi dari virus, tidak jelas apakah pengurangan dua pertiga itu akan membuat vaksin tidak efektif terhadap varian yang menyebar di seluruh dunia.
Namun, profesor UTMB dan rekan penulis studi Pei-Yong Shi mengatakan dia yakin vaksin Pfizer kemungkinan akan melindungi terhadap varian tersebut. Mereka mengaku tidak tahu berapa angka penetralisir minimum, dan tidak memiliki garis batas itu.
“Kami mencurigai tanggapan kekebalan yang diamati kemungkinan besar secara signifikan di atas yang diperlukan untuk memberikan perlindungan,” ujar mereka.
Dalam uji klinis, vaksin Pfizer/BioNTech dan suntikan serupa dari Moderna memberikan perlindungan setelah dosis tunggal dengan respons antibodi lebih rendah dibandingkan penurunan yang disebabkan oleh varian Afrika Selatan dalam penelitian laboratorium.
Bahkan jika varian terkait secara signifikan mengurangi keefektifan, vaksin tetap membantu melindungi dari penyakit parah dan kematian. Pakar kesehatan juga mengatakan itu adalah faktor terpenting dalam menjaga sistem perawatan kesehatan yang diperluas agar tidak kewalahan.
Menurut Shi, ada lebih banyak pekerjaan diperlukan untuk memastikan apakah vaksin bekerja melawan varian Afrika Selatan. “Termasuk uji klinis dan pengembangan korelasi perlindungan. Tolok ukur untuk menentukan tingkat antibodi apa yang melindungi,” tutur Shi.
Pfizer dan BioNTech mengatakan mereka melakukan pekerjaan laboratorium serupa untuk memahami apakah vaksin mereka efektif terhadap varian lain yang pertama kali ditemukan di Brasil.
Moderna juga menerbitkan korespondensi di NEJM pada hari Rabu dengan data serupa yang sebelumnya diungkapkan di tempat lain. Data ini menunjukkan penurunan tingkat antibodi enam kali lipat dibandingkan varian Afrika Selatan.
Moderna juga mengatakan efektivitas vaksinnya terhadap varian virus Covid-19 Afrika Selatan masih belum ditentukan. Perusahaan sebelumnya mengatakan yakin vaksin itu akan bekerja melawan varian tersebut.
REUTERS | NEJM