TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah skandal mewarnai program vaksinasi Covid-19 di Peru. Ini lebih daripada kasus Helena Lim di Jakarta, seorang yang dikenal sebagai crazy rich, yang memamerkan diri telah menerima suntikan prioritas vaksin Covid-19 untuk para tenaga kesehatan.
Yang terjadi di Peru lebih parah. Sebanyak 468 pejabat tinggi pemerintahan beserta koneksi VIP-nya diketahui telah diam-diam melompat ke luar dari antrean dan menerima vaksinasi Covid-19 duluan. Memanfaatkan keuntungan dari posisi yang dimilikinya, para pejabat itu telah disuntik akhir tahun lalu menggunakan vaksin Covid-19 dari Sinopharm, Cina--dari batch di luar yang digunakan untuk uji klinis.
Baca juga:
Calon Vaksin Covid-19 Anhui dari Cina Akan Diuji Klinis di Indonesia
Setelah penyuntikan itu, Pemerintah Peru membeli vaksin Sinopharm dan saat ini sedang dibagikan kepada para tenaga kesehatan dan dokter di negeri itu. Kecaman pun meledak di Peru.
"Orang-orang ini yang menjadi bagian dari pemerintahan telah gagal menjalankan kewajibannya sebagai pelayan publik," kata penjabat Presiden Peru, Francisco Sagasti, Senin malam lalu, 15 Februari 2021.
Dia menyatakan telah menyerahkan nama-nama para pejabat itu ke kejaksaan setempat untuk diselidiki. Tuduhannya, ketidakadilan akses atas vaksin virus corona.
Terungkapnya vaksinasi rahasia itu menambah terpuruk reputasi mantan Martin Vizcarra. Dia mengakui mendapat vaksinasi bersama istri dan seorang saudara laki-lakinya pada Oktober, atau sebulan sebelum Kongres memecatnya sebagai presiden atas tuduhan perkara korupsi.
Vizcarra awalnya mengatakan kalau vaksinasi yang dimaksud adalah keterlibatannya sebagai satu di antara 12 ribu peserta uji klinis vaksin Sinopharm di Peru. Dia bahkan mengaku kalau uji antibodi dalam darahnya negatif, menandakan dia hanya penerima plasebo dalam uji tersebut.
Pernyataan dari Fakultas Kedokteran Cayetano Heredia, kampus yang melaksanakan uji klinis itu di Lima, membantah sang presiden ada dalam daftar relawan. Vizcarra hanya meresponsnya lewat Twitter kalau dia sangat terkejut.
Menteri Luar Negeri Elizabeth Astete, Menteri Kesehatan Pilar Mazzetti, dan dua wakil menteri yang terlibat dalam penanggulangan Covid-19 di negara itu juga dipaksa ikut mundur. Astete mengakui dalam surat pengunduran dirinya, Minggu, kalau dia ikut menerima vaksinasi diam-diam itu pada akhir Januari.
Alasan yang diajukannya adalah kalau dia tak mungkin membiarkan dirinya terinfeksi dan jatuh sakit. Alasan yang semakin membuat marah sebagian rakyat Peru.
Yang lebih mengejutkan adalah Mazzetti yang selama ini dikenal dengan upayanya menahan laju penyebaran virus corona Covid-19 di Peru. Dalam pernyataannya, Jumat pekan lalu, suntikan dosis pertama diaku diterimanya beberapa hari setelah dia tampil dalam konferensi pers bersama Vizcarra dan menegaskan kalau dia akan diimunisasi setelah semua tenaga kesehatan menerimanya.
"Kapten harus yang terakhir meninggalkan kapal. Mereka para pemimpin institusi harus menjadi contoh, menunggu kesempatan kita nanti," kata Mazzetti saat itu.
Godofredo Talavera, Presiden Federasi Tenaga Medis Peru, mengaku sangat marah dengan skandal tersebut. Menurutnya, sudah jelas sekarang kenapa pemerintah negara itu berlama-lama sebelum akhirnya memutuskan membeli vaksin.
Baca juga:
Berita Terkini Covid-19 Global: Indonesia Hampir Menyalip Peru
"Tidak perlu buru-buru; karena mereka sendiri sudah divaksinasi," katanya sambil menegaskan para pejabat telah mengambil keuntungan dari posisi mereka. "Ini mengkonfirmasi prioritas (vaksinasi Covid-19) bukanlah untuk para kolega di unit-unit perawatan intensif yang menghadapi risiko kematian 24 jam sehari," katanya lagi.
CTVNEWS | WASHINGTONPOST