TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti klimatologi di Pusat Sains dan Teknologi Atrmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Erma Yulihastin, memprediksi hujan di Jakarta dan sekitarnya yang persisten sepanjang akhir pekan ini, dan berpotensi menyebabkan banjir. Hujan esktrem disebutnya dimulai dari Kamis malam yang berlanjut Jumat dinihari dan pagi, lalu meningkat lagi Jumat malam sampai Sabtu pagi.
Hujan yang persisten skala meso yang tembus ke dinihari itu disebabkan Cross Equatorial Northerly Surge, istilah yang disebutkan Erma untuk seruak angin yang kuat dari Laut Cina Selatan. Dia pernah memaparkan perihal seruak angin dingin ini saat memprediksi banjir besar bakal terjadi di Jakarta pertengahan Januari lalu--banjir besar seperti yang pernah dialami Bekasi dan sebagian Jakarta pada Januari 2020.
Baca juga:
Siaga Banjir, LAPAN: Hujan di Jadetabek Bakal Awet Sampai Sabtu Pagi
Kala itu dia menjelaskan bahwa kekuatan aliran CENS bisa mencapai lebih dari 10 meter per detik di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Penguatan CENS telah menjadi obyek penelitian sebelumnya dan didapati bisa memperkuat monsun musim dingin Asia yang berperan dalam pembentukan hujan di wilayah Indonesia periode November–Maret.
Sejumlah banjir besar di Jakarta dan sekitarnya pada 2002, 2007, 2014, dan 2020, menurut Erma, tak lepas dari pengaruh seruak angin itu lewat hujan persisten alas awet yang dipicunya. Termasuk fenomena hujan lebat dinihari menjelma dari pengaruh seruak angin dari Laut Cina Selatan itu.
Erma menjelaskan, hujan lebat di darat yang terjadi pada dinihari merupakan kejadian ekstrem dan menunjukkan suatu penyimpangan fenomena hujan diurnal atau harian. “Karena seharusnya hujan pada tengah malam hingga dinihari terjadi di tengah laut,” kata dia.
Hujan dinihari hanya bisa dibangkitkan oleh angin permukaan yang sangat kuat dan bersifat lembap karena membawa serta uap air dalam jumlah sangat banyak. Angin itu, berdasarkan riset Erma, mampu mendorong dan menggeser pusat konveksi udara yang terjadi di tengah lautan jadi mendekati wilayah pesisir.
Kondisi itu dapat mengakibatkan hujan ekstrem dan persisten selama berjam-jam sejak tengah malam hingga pagi, persis seperti yang terjadi pada 1 Januari 2020 di pesisir utara Jawa bagian barat. Dan diprediksinya kembali bakal mewarnai akhir pekan ini.
Pada Januari lalu, prediksinya atas pengaruh CENS di Jakarta dan sekitarnya 'dikacaukan' oleh berbagai vorteks atau pusaran angin yang muncul di atas wilayah Kalimantan dan Samudera Hindia. Aktivitas pembentukan dan peluruhan vorteks telah mengganggu kekuatan angin monsun Asia yang berasal dari Laut Cina Selatan. Selain itu vorteks ikut membelokkan angin utaraan menjadi baratan.
Warga menggendong anaknya melintasi banjir di Desa Kampung Melayu, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Jumat 15 Januari 2021. Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor menyatakan peningkatan status siaga darurat menjadi tanggap darurat, keputusan itu diambil mengingat musibah banjir yang terjadi semakin meluas di beberapa daerah di Provinsi Kalimantan Selatan. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Akibatnya, sebulan lalu, Pulau Jawa--dalam hal ini Jakarta dan sekitarnya, terhindar dari pembentukan hujan intensitas tinggi dan persisten. Sebaliknya untuk Kalimantan, aktivitas vorteks yang terjadi sejak awal hingga pertengahan Januari 2021 telah menjadikan wilayah itu sebagai pusat konveksi secara persisten.
Baca juga:
Hujan Sangat Ekstrem 270 mm per Hari Warnai Banjir di Kalimantan
Dampaknya menimbulkan hujan intensitas sedang hingga tinggi disertai angin kencang selama berhari-hari. Bencana banjir pun 'pindah'.