TEMPO.CO, Jakarta - Facebook telah mencegah organisasi media massa Australia dan penggunanya untuk bisa berbagi konten berita lagi di platform miliknya. Langkah Facebook menandai eskalasi ketidaksepahaman yang terjadi antara perusahaan teknologi itu dengan pemerintah negeri kanguru itu.
Facebook memutuskan untuk memblokir sebagai merespons atas rencana pemerintah Australia mensyaratkan raksasa media sosial itu membayar kepada organisasi media untuk setiap konten berita yang dibagikan di platform mereka. Facebook menolaknya dan menyatakan bahwa platformnya telah membangkitkan miliaran referal gratis bagi para perusahaan penerbit Australia.
Baca Juga:
Facebook bersikukuh sehingga orang-orang di Australia per pekan ini tak lagi bisa mengunggah link artikel berita di Facebook. Seluruh unggahan juga telah dicabut dari halaman Facebook milik organisasi media di Australia, lokal maupun internasional.
Keputusan itu diambil Facebook hanya beberapa hari sebelum program vaksinasi Covid-19 bergulir di Australia. Ini dijadikan alasan oleh sebagian kalangan di Australia untuk mengecam Facebook. "Arus misinformasi pasti akan semakin parah di platform itu," kata Belinda Barnet dari Swinburne University of Technology, Melbourne.
Barnet menyayangkan Facebook telah menghapus sumber pemberitaan yang justru menyediakan informasi akurat mengenai vaksinasi. "Ini membuat komitmen Facebook kepada publik untuk memerangi misinformasi di tengah pandemi saat ini dipertanyakan," katanya.
Diperkirakan, sebanyak 39 persen populasi di Australia biasa menggunakan Facebook sebagai sumber mendapatkan berita-berita. Mereka kini harus mencari dari sumber lain. "Kita saat ini terlalu bergantung (kepada Facebook), kita harus belajar cara baru berbagi dan mengakses informasi," kata Barnet.
Baca juga:
WhatsApp Bicara tentang Pengguna Pindah ke Aplikasi Pesaing
Dalam pernyataannya, Facebook membantah komitmennya berubah. Facebook menerangkan mengarahkan orang-orang ke pusat informasi kesehatan milik otoritas dan memberikan notifikasi setiap perkembangan baru via Covid-19 Information Centre milik Facebook sendiri. "Kami juga masih berlanjut untuk kemitraan dengan pihak ketiga membuat cek fakta."