TEMPO.CO, Jakarta - Food and Drug Administration (FDA) atau Badan POM Amerika hari Jumat, 26 Februari 2021, merekomendasikan vaksin Covid-19 yang dibuat oleh Johnson & Johnson. Ini berarti vaksin ketiga yang disetujui.
Baca:
FDA Sahkan Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson, Cukup 1 Suntikan
Seperti dua lainnya - satu dibuat oleh Moderna Inc., yang lainnya merupakan upaya bersama oleh Pfizer Inc. dan BioNTech SE - vaksin dari perusahaan Janssen Biotech J&J terlihat sangat baik dalam mencapai tujuan utama kesehatan masyarakat: menjauhkan orang dari rumah sakit.
Vaksin ini bergantung pada teknologi yang berbeda, tetapi, seperti yang lain, tidak menunjukkan tanda-tanda yang menyebabkan efek samping yang parah dan bertahan lama. Dan vaksin ini memiliki beberapa keuntungan, di antaranya penerima hanya membutuhkan satu dosis, bukan dua.
Petugas medis mempersiapkan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech yang akan disuntikan pada warga. Otorotas Norwegia mengatakan 23 orang yang telah meninggal, 13 kematian kemungkinan bisa disebabkan, secara langsung, oleh efek samping vaksin Covid-19. REUTERS/Ciro De Luca
Perkiraan persentase kasus yang dicegah dalam uji coba vaksin J&J lebih rendah daripada angka yang dilaporkan dua vaksin lainnya, tetapi para ahli penyakit menular mengatakan itu mungkin bukan perbandingan yang adil, karena berbagai alasan yang akan dibahas di bawah.
Nasihat yang sangat banyak dari para ahli penyakit menular adalah untuk mendapatkan vaksin mana pun yang tersedia. Profesor sekolah perawat Universitas Pennsylvania, Alison Buttenheim, yang bersaksi di depan komite kongres awal pekan ini mengatakan vaksin terbaik adalah yang bisa Anda dapatkan besok.
Untuk ikhtisar tentang bagaimana vaksin J&J berbeda dengan yang lain, dokter Nina Gentile, yang mengawasi uji coba obat di Rumah Sakit Universitas Temple, dan ilmuwan Institut Wistar Hildegund Ertl, menjelaskannya di bawah ini.
Bagaimana Vaksin J&J Bekerja