8. Vaksin merah putih
Vaksin Merah Putih dikembangkan oleh Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 yang dibentuk oleh Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Menristek/ Kepala BRIN, mengungkap progres pengembangan vaksin Covid-19 buatan dalam negeri.
Menurutnya, bibit Vaksin Merah Putih diharapkan sudah mulai diserahkan kepada Bio Farma per Maret tahun ini untuk kemudian diproduksi memenuhi kebutuhan uji klinis. Dia menjelaskan itu dalam rapat koordinasi nasional kementerian dan badan yang dipimpinnya itu pada Kamis 28 Januari 2021.
"Kami mengundang dan mendorong swasta berpartisipasi dalam industri pengembangan vaksin," katanya dalam rapat itu.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang tergabung dalam konsorsium menargetkan, Vaksin Merah Putih yang dikembangkannya sudah akan masuk tahap uji klinis pada semester dua tahun depan. Itu artinya, menuju tenggat tersebut, LIPI sudah harus menyelesaikan uji in-vitro (uji dalam cawan laboratorium) dan in-vivo (uji hewan).
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko menerangkan bahwa LIPI mengembangkan vaksin Covid-19 berbasis protein rekombinan. Riset dan pengembangannya masih berlangsung di tahap laboratorium dan sedang dilakukan transfeksi di sel mamalia.
Handoko optimistis dengan target yang dibuat dengan alasan LIPI memiliki infrastruktur riset terkait pengembangan vaksin yang lengkap dan tersertifikasi, termasuk fasilitas laboratorium biosafety level-3 (BSL-3). Selain sumber daya manusia yang sudah berpengalaman menghasilkan vaksin, seperti untuk HPV dan Hepatitis.
Setelah masuk dalam Tim Nasional Pengembangan Vaksin Merah Putih untuk mendukung kemandirian vaksin dalam negeri, Handoko menuturkan LIPI harus bekerja keras untuk mewujudkan vaksin tersebut.
Di Eijkman, Menristek Bambang melanjutkan, pengembangan vaksin Covid-19 berjalan sesuai jadwal. "Sehingga paling lambat Februari atau Maret 2021 itu sudah bisa menyerahkan bibit vaksinnya kepada Bio Farma," kata Bambang.
Menurutnya, ada dua pengembangan bibit vaksin Merah Putih lain dengan platform yang berbeda yang progresnya dinilai relatif cepat. Keduanya adalah yang dikembangkan di Universitas Airlangga dan Universitas Indonesia. "Mudah-mudahan nanti ketika masuk produksinya pun tidak berbeda jauh," kata mantan Kepala Bappenas itu.
Kalau Eijkman dan LIPI mengembangkan vaksin Covid-19 menggunakan platform protein rekombinan, kedua kampus memilih platform DNA dan mRNA yang, menurut Bambang, memungkinkan pengembangan vaksin yang lebih cepat. "Mudah-mudahan tentunya kombinasi ini akan bisa mempercepat tersedianya vaksin merah putih dalam penanganan Covid-19," ujarnya.
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Ali Ghufron membenarkan percepatan itu. Dia mengungkapkan bahwa pengembangan di kampus UI sudah memasuki tahap uji coba pada hewan. "Meskipun belum keseluruhan tapi sudah jalan dan responnya itu sangat positif dan sudah memulai pembicaraan dengan industri," kata dia.