Dalam keterangan tertulisnya, WhatsApp memang tidak menyebutkan secara spesifik aplikasi apa yang dimaksud. Tetapi, targetnya jelas untuk puluhan juta pengguna yang telah keluar dari WhatsApp untuk Telegram.
Agaknya bukan pepesan kosong. Dikutip dari Android Authority, para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan bahwa seorang peretas dapat menentukan dalam hitungan detik ketika pengguna Telegram online atau offline.
Peneliti ancaman seluler di perusahaan keamanan siber Kaspersky, Victor Chebyshev, menerangkan pandangan berbeda. Menurut dia, sebagian besar aplikasi pesan, apakah itu WhatsApp, Telegram, maupun Signal, relatif aman karena menggunakan enkripsi untuk setiap pesan yang dikirim. Namun, kata dia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memastikannya.
Chebyshev menyarankan agar pengguna tidak mengunduh messenger dan program lain dari sumber pihak ketiga. Gunakan hanya pasar aplikasi resmi. Jika memungkinkan, dia juga meminta agar membaca dengan seksama isi perjanjian pengguna.
“Karena ada situasi ketika pengembang aplikasi secara terbuka memperingatkan bahwa mereka dapat membagikan data pengguna dengan pihak ketiga,” ujar dia saat dihubungi 13 Januari 2021 lalu.
Chebyshev juga meminta agar pengguna tidak mengikuti tautan mencurigakan dari pesan, meskipun itu dikirimkan oleh kolega terpercaya. Dan untuk melindungi juga, pengguna disarankan untuk menggunakan solusi keamanan yang memungkinkan bisa dipasang pada perangkat seluler.
Baca juga:
Kebijakan Baru WhatsApp Picu Kecaman Bos Telegram ke Facebook
Perhatikan izin mana yang diminta aplikasi yang diunduh. Jika izin yang diminta tidak diperlukan untuk berfungsinya aplikasi secara penuh, dia menambahkan, maka ada alasan untuk waspada. “Misalnya, aplikasi senter (flashlight) jelas tidak membutuhkan akses ke mikrofon,” kata dia usai gonjang ganjing kebijakan baru WhatsApp.
FORBES | ANDROID AUTHORITY | PC MAG