TEMPO.CO, Jakarta - GaNose C19 yang banyak dibicarakan publik belakangan ini, merupakan alat pendeteksi virus Corona buatan UGM yang telah memiliki izin Satuan Tugas atau Satgas Covid-19 sebagai syarat perjalanan di kereta api dan bus.
Menurut Bambang Brodjonegoro, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi (Menristek/BRIN), fleksibilitas penggunaan GeNose C19 memungkinkan penempatannya di bandara, stasiun, Terminal, rumah sakit, perkantoran, dan tempat umum lainnya seperti tempat wisata dan pusat perbelanjaan.
Alat yang telah di kembangkan tim peneliti UGM sejak Maret 2020 tahun lalu ini, terbukti memiliki sensitivitas hingga 90 persen dan spesofitas mencapai 96 persen. Satu unit GeNose C19 dijual hingga kisaran harga Rp 62 juta.
Baca: UGM: GeNose Belum Dijual Untuk Perorangan dan Rumah Tangga
Cara penggunaan GeNose C19 hanya menggunakan hempusan napas dengan sangat cepat sekitar 2 menit tanpa memerlukan Reagen maupun bahan kimia dan hasil tes yang di hasilkan juga sangat cepat.
Alat ini akan digunakan untuk screening Covid-19 pada fasilitas pelayanan kesehatan,
instansi pemerintahan, institusi pendidikan, perusahan, serta beberapa fasilitas umum lainnya.
Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM, Dr Harho Utomo, menerangkan bahwa pada tahap awal distribusi GeNose belum ditujukan untuk pemesanan pribadi. Namun, yang menjadi prioritas saat ini adalah pemesanan dari kalanya institusi karena ingin mperluas jangkauan screening.
GeNose C19 sebagian besar penerimanya dikonsentrasikan di Jawa dan sebagian pengiriman ditujukan ke kalangan dan Sulawesi. Namun, dalam waktu dekat distribusi GeNose diharapkan bisa mencapai daerah-daerah lainmya.
GeNose ini diharapkan bisa membantu pekerjaan medis lebih cepat untuk mendeteksi adanya virus Covid-19. Kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan hasil lebih cepat dan berbiaya murah terhadap tes Covid-19 makin tinggi, seiring makin terbukanya mobilitas kembali aktivitas mereka.
ASMA AMIRAH