TEMPO.CO, Jakarta - Sementara Indonesia sedang dihebohkan bukti kehadiran virus corona Covid-19 jenis baru B.1.1.7 asal Inggris, Inggris justru sedang 'mengejar-ngejar' warganya yang diketahui membawa varian baru virus Covid-19 dari Brasil. Keduanya sama-sama menghadapi varian baru virus corona di dalam negerinya.
Sebanyak enam orang di Inggris telah terkonfirmasi positif terinfeksi varian P.1 dari virus corona Covid-19. Varian ini pertama terdeteksi di Brasil. Sebanyak lima dari enam orang itu diketahui terinfeksi dari dua sebab: baru saja kembali dari Brasil dan memiliki kontak erat dengan mereka yang baru kembali dari Brasil.
Baca juga:
Ditemukan di Indonesia, Apa Bahaya dari Virus Covid-19 dari Inggris?
Petugas pemerintahan Inggris masih melacak orang dengan kasus yang keenam. Kasusnya diketahui dari perangkat tes kit yang bisa digunakan sendiri di rumah. Celakanya paket dikirim tanpa alamat kontak yang detail. Situasinya kini berkembang mengkhawatirkan kalau varian virus itu telah menyebar lebih luas.
Varian P.1 diketahui pertama kali muncul di Brasil pada November lalu. Varian ini yang berada di balik gelombang kedua wabah Covid-19 di Kota Manaus--gelombang yang tetap terjadi sekalipun dua per tiga penduduk kota itu telah terinfeksi saat gelombang pertama di awal 2020.
Baca Juga:
Studi oleh Nuno Faria, peneliti di Imperial College London, menyebut P.1 menyebar 1,4-2,2 kali lebih cepat daripada varian virus corona lainnya yang ada di Manaus. Varian P.1 juga diketahui menginfeksi ulang 25-61 persen orang-orang yang telah kebal terhadap varian lain.
Faria dan timnya menekankan hasil studi itu spesifik untuk di Manaus. "Temuan kami ini tidak seharusnya digeneralisir ke konteks yang lain," kata Faria.
Benar saja, meski P.1 kini telah terdeteksi di setidaknya 25 negara, laporan adanya transmisi lokal baru datang dari Swedia, Belgia, Meksiko, dan Kolombia. Sejauh ini, P.1 sepertinya tidak seagresif B.1.1.7--mutasi dari SARS-CoV-2 yang telah lebih dulu terdeteksi di Inggris. Tapi, Faria memperingatkan kalau masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan apapun.
Sementara masih belum jelas benar apakah P.1 bisa lebih menular di luar Brasil, telah ada bukti kalau P.1 memiliki kesamaan dengan B.1.351--varian virus Covid-19 yang menyebar di Afrika Selatan. Kesamaan yang dimaksud adalah mutasi yang memampukan si virus mengelak dari antibodi hasil vaksinasi atau infeksi virus yang sebelumnya telah terjadi.
Beruntungnya, varian-varian itu tak sepenuhnya bisa lolos dari pertahanan imun tubuh. Selain antibodi-antibodi yang mencegah virus menginfeksi sel, tubuh manusia juga memproduksi sel-T yang akan menghancurkan sel-sel yang sudah terinfeksi untuk mencegah virus terus mereplikasi diri.
Untuk mencegah infeksi, antibodi harus terikat ke situs kunci di protein paku milik si virus. Mutasi yang terjadi di situs kunci ini bisa mengurangi tingkat efektivitas antibodi.
Sel-T, sebaliknya, efektif sejauh mereka bisa mengenali bagian apapun dari protein paku virus. Sehingga, akan jauh lebih sulit bagi si virus untuk bermutasi menghindari respons sel-T. "Tidak mungkin varian-varian virus itu mampu lolos dari kekebalan sel-T," kata Shane Crotty dari La Jolla Institute for Immunology, California.
Uji klinis vaksin Johnson & Johnson menemukan khasiatnya lebih rendah dalam mencegah gejala Covid-19 di Amerika Selatan, di mana ada banyak infeksi varian virus corona P.1, daripada di Amerika Serikat. Meski selisihnya tidak besar--66 persen berbanding 72 persen, namun yang terpenting vaksin ini masih 100 persen efektif mencegah gejala berat dan angka kematian.
Namun masih ada dua kekhawatiran besar. Pertama, jika P.1 mencapai orang-orang yang rentan yang belum divaksinasi. Angka hunian rumah sakit dan kematian terncam bakal naik. Kedua, semakin luas varian seperti P.1 menyebar, semakin besar peluangnya untuk bermutasi lagi.
Baca juga:
Studi di ITB Ungkap Sebaran Mutasi Virus Corona Covid-19 di Indonesia
Itu bahkan sudah terjadi dengan virus Covid-19 varian B.1.1.7 yang kini diduga telah memiliki mutasi E484K, mutasi yang sama yang membantu P.1 mengelabui sebagian antibodi tubuh.
NEWSCIENTIST