TEMPO.CO, Bandung - Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Sinovac di Bandung, Kusnandi Rusmil, menjelaskan persamaan dan perbedaan yang dimiliki antara vaksin Covid-19 Sinovac dan AstraZeneca. Vaksin yang yang pertama dikembangkan perusahaan bioteknologi di Cina, sedang yang kedua dikembangkan bersama University of Oxford di Inggris.
Kusnandi menerangkan bahwa vaksin AstraZeneca menggunakan sebagian materi SARS-CoV-2, yaitu dari bagian inti dari virus itu yang disebut protein paku. “Kalau vaksin Sinovac dari seluruh badan virus yang dimatikan,” ujarnya, Selasa, 9 Maret 2021.
Baca juga:
Daftar Efikasi Vaksin Covid-19, Sinovac Ungguli AstraZeneca Dosis Normal
Dari sisi teknologi pembuatan vaksinnya itu, Kusnandi menerangkan, Sinovac memakai cara lama sedangkan AstraZeneca menggunakan teknologi modern. Bahan formula vaksin AstraZeneca juga lebih sedikit, tidak memerlukan ruangan produksi yang luas, dan vaksin yang dihasilkan bisa dalam jumlah banyak.
“Kalau Sinovac butuh tempat luas karena perlu cairan dan sebagainya, seperti vaksin tetanus,” kata dia.
Perbedaan lainnya, Kusnandi menambahkan, vaksin AstraZeneca berdasarkan hasil penelitian uji klinis bisa dipakai oleh anak-anak berusia 3 tahun lebih hingga orang lanjut usia. Sementara vaksin buatan Sinovac masih terbatas pada kalangan usia 18 tahun hingga lanjut usia 59 tahun lebih berdasarkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Kesamaannya adalah jumlah dosis serta penyuntikan vaksin AstraZeneca dan Sinovac. Dosisnya, kata Kusnandi, sebanyak 0,5 mililiter dengan waktu penyuntikan sebanyak dua kali. “Zat aktif vaksinnya juga pakai dosis rendah,” ujar profesor bidang kedokteran anak di Universitas Padjadjaran (Unpad) tersebut.
Karyawan membongkar muat "envirotainer" berisi vaksin COVID-19 AstraZeneca saat tiba di Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Senin, 8 Maret 2021 Sebanyak 1,1 juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca bagian awal dari batch pertama skema kerja sama global untuk vaksin dan imunisasi (GAVI) COVAX Facility tiba di Bio Farma yang selanjutnya akan diproses dan didistribusikan guna mempercepat target vaksinasi yang merata ke seluruh penduduk Indonesia. ANTARA FOTO/Novrian Arbi
Tingkat efikasi vaksinnya juga hampir setara, yaitu AstraZeneca sekitar 62 persen, Sinovac 65,3 persen. Kesamaan lainnya adalah kedua jenis vaksin bisa disimpan dalam suhu 2-8 derajat Celsius dalam jangka waktu pendek.
“Kalau jangka lama, vaksin AstraZeneca perlu suhu penyimpanan lebih dingin sampai minus 20 derajat Celsius,” kata Kusnandi.
Baca juga:
Vaksin Covid-19 Gagal di Uji Klinis Awal, Merck Lempar Handuk
Seperti diketahui sebanyak 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca sudah tiba di Indonesia pada, Senin 8 Maret 2021. Total sebanyak 4,6 juta dosis vaksin asal Inggris itu yang akan didatangkan sepanjang Maret ini untuk mendukung program vaksinasi melawan wabah Covid-19. Sebelumnya, vaksinasi menggunakan CoronaVac, vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinovac Biotech dari Cina.