TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Rini Sekartini membeberkan dampak alkohol bagi tumbuh kembang anak. Menurutnya, wanita saat ini semakin banyak yang mengkonsumsi alkohol, termasuk yang sedang hamil.
Baca:
Sumatera Selatan Mulai Alami Fenomena Hari Tanpa Bayangan
Dalam acara virtual seminar awam dan media bertajuk "Waspada Bahaya Minuman Beralkohol", Rini menjelaskan, anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak memiliki ciri tumbuh kembang, kurun waktunya mulai dari dalam kandungan, bayi, anak kecil, pra sekolah, sekolah, dan remaja.
“Dan selama tumbuh kembang ini ada yang mempengaruhinya, mulai dari genetik hingga lingkungan. Termasuk orang tua yang mengkonsumsi alkohol” ujar dia, Rabu, 10 Maret 2021.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada 2017 mengungkap bahwa umur mulai minum alkohol terutama pada usia 15-19 tahun pada pria sebesar 70 persen, dan wanita 58 persen. Sementara pada usia 20-24 tahun, pria yang mengkonsumsi alkohol sebanyak 18 persen, dan wanita 8 persen.
Dulu, kata Rini, hanya ada sedikit wanita yang mengonsumsoi alkohol, karena identik dengan pria. Namun, saat ini hampir sepertiga dari gangguan penggunaan alkohol di dunia diderita oleh wanita, terbanyak adalah penggunaannya saat kehamilan dan setelah melahirkan.
“Konsumsi pada masa kehamilan bisa membuat munculnya kelainan yang disebut fetal alcohol spectrum disorder. Kelainan pada janin akibat ibu kecanduan alkohol selama masa kehamilan,” tutur Rini.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang itu menerangkan, alkohol juga dapat berdampak pada fisik dan kognitif janin saat ibu mengonsumsi alkohol dalam jumlah banyak. Gejalanya, disebutnya, akan muncul usai bayi dilahirkan bahkan hingga seumur hidup, dan belum ada obat definitifnya.
Pada percobaan binatang, Rini yang terdaftar sebagai anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu menambahkan, paparan alkohol dalam jumlah sedang bisa menyebabkan perubahan pada memori. “Termasuk koordinasi motorik, perilaku sosial, dan respons terhadap stres anak,” ujar dia.
Rini berpraktik di RSIA Bunda Jakarta itu berujar, ada beberapa dampak potensial yang bisa terjadi pada setiap tingkatan usia anak terkait penggunaan alkohol pada ibu hami. Saat bayi yang baru lahir, bisa membuat bayi prematur atau kurang bulan dan kecil masa kehamilan, dan pertumbuhan bayi yang terhambat.
“Selain itu juga bisa mengakibatkan wajah abnormal, masalah organik seperti jantung dan otak. Serta adanya masalah sistem saraf seperti kejang dan keterlambatan motorik,” katanya.
Pada usia anak, bisa berdampak pada masalah perilaku, perhatian, dan kognitif. Termasuk gagal tumbuh, kesulitan belajar di sekolah, dan autisme. Sedang pada usia dewasa, bisa menimbulkan kematian dini, maslaah neuro-kognitif melanjut, peningkatan risiko kelainan psikiatri, dan rentan terdampak masalah sosio-ekonomi.
Mengapa itu bisa terjadi? Rini menjelaskan, ibu hamil membutuhkan nutrisi, sehingga jika lebih banyak mengonsumsi alkohol yang mengandung etanol atau etil akohol daoat merusak plasenta. “Serta gangguan perkembangan pembuluh darah janin, dan mengganggu produksi ILGF yang bertanggung jawab atas pembuluh darah dan pemeliharaan plasenta,” tutur dia.
Lulusan Dokter Spesialis Anak di FKUI itu juga membeberkan gejala fetal alchohol syndrome. Pada fisik, bentuk wajah bisa tidak normal, kepala berukuran kecil, gangguan pendengaran dan penglihatan, kelainan sendi, keterlambatan pertumbuhan fisik, dan efek tuba neural.
Sementara pada intelektual kognitif gejalanya adalah gangguan belajar seperti sulit berfikir, bicara, berhitung, mudah berganti mood, keterlambatan perkembangan motorik halus, hiperaktif, daya ingat buruk, gangguan pergerakan dan keseimbangan, serta kesulitan dalam penalaran. Dan pada perilaku sosial, kemampuan bersosial buruk, sulit bergaul, manajemen waktu buruk, sulit fokus, sulit merencanakan sesuatu, sulit bekerja, serta kesulitan berganti suatu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.
“Studi epidemiologi skala besar menyebutkan anak-anak dari ibu dengan diagniosis terkait alkohol selama kehamilan—konsumsi lebih dari sedang—memiliki risiko tiga kali lipat gangguan saraf yang disebabkan oleh kerusakan atau perkembangan yang tidak normal,” tutur dia.
Namun, kata dia, hubungan sebab akibat antara alkohol dengan kelainan kongenital mayor—kelainan struktur yang memerlukan pengelolaan medis yang serius, pembedahan ataupun bedah plastik dan berpengaruh pada morbiditas atau mortalitasnya—belum bisa dipastikan. Tapi biasanya banyak dipengaruhi oleh masalah lain seperti banyaknya paparan zat.
Rini juga menyebutkan beberapa penelitian terkait masalah masalah tersebut, dalam studi O’Leary, dkk. pada 20015 menyebutkan ada sebanyak 32 persen anak dengan diagnosis sindrom alkohol janin juga mengalami disabilitas intelektual. Sementara menurut Lewis, dkk. pada 2012 ada 13.822 anak yang diteliti dengan riwayat terpapar alkohol dari ibu selama masa kehamilan, jumlah etanol kurang lebih 8 gram dalam tiap kali konsumsi.
“Penelitian Lewis juga menghasilkan bahwa IQ anak pada usia 8 tahun lebih rendah dibanding anak lain seusianya. Artinya dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah sangat sedikit saja dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak,” kata Rini menambahkan.