TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Murdani Abdullah, membeberkan dampak konsumsi alkohol pada saluran cerna. Menurutnya, efek konsumsi alkohol bisa membuat terjadinya gangguan pada mulut, lidah, kerongkongan (esofagus), lambung, usus besar, usus kecil, termasuk hati (liver).
Murdani menjelaskan alkohol atau etanol (etil alkohol), bagian dari bahan dasar bir dan anggur, merupakan golongan obat sedatif hipnotik yang sifatnya dependensi tinggi. “Efeknya ke berbagai organ tubuh sesuai konsentrasinya dalam darah, termasuk pada metabolisme di liver,” ujarnya dalam webinar bertajuk Waspada Bahaya Minuman Beralkohol, Rabu, 10 Maret 2021.
Bagi yang terpapar alkohol yang masih terkonsentrasi, dia mencontohkan, rongga mulut dan esofagus bisa meradang. Jika paparannya kronis atau banyak, bisa merusak kelenjar silva dan penurunan produksi air liur. Belum lagi penurunan fungsi esofagus, refluks asam lambung, GERD, sampai kanker mulut dan esofagus.
Sementara lambung diterangkannya adalah lokasi pemecahan alkohol oleh asam lambung dan enzim. Jika konsumsi alkohol sedang, bisa terjadi peningkatan sekresi asam lambung. Jika konsumsinya kronis, bisa terjadi penurunan sekresi asam lambung karena bakteri bisa masuk ke usus.
Jika konsumsi kronis, bisa juga terjadi sastritis, proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung sebagai respon terhadap jejas (injury) yang dapat bersifat akut. “Juga gangguan mortalitas atau pergerakan lambung,” kata Murdani yang tergabung dalam Divisi Gastroentrologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI itu.
Baca juga:
Kecanduan Alkohol Karena Fungsi Otak, Bukan Pengaruh Lingkungan
Di bagian usus kecil di mana sebagian besar nutrisi diserap tubuh, konsumsi alkohol bisa menyebabkan gangguan absorsi dan fungsi enzim. Kemudian, ada peningkatan risiko infeksi bakteri pada darah dan intoksikasi darah dan liver.