TEMPO.CO, Jakarta - Produksi ganja legal di Colorado, Amerika Serikat, menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah yang lebih besar daripada industri tambang batu bara yang ada di negara bagian yang sama. Perbandingan ini ditemukan tim peneliti yang menganalisis penggunaan energi di masing-masing sektor.
Produksi dan penggunaan ganja untuk kebutuhan medis dan rekreasi kini legal di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Itu menuntun kepada industrinya yang kemudian juga booming.
Bersamaan dengan itu, Hailey Summers dan koleganya di Colorado State University menghitung dan menganalisis emisi gas rumah kaca yang dihasilkan para petani ganja tersebut. Hasilnya, seperti yang dipublikasikan di Jurnal Nature 8 Maret 2021, Summers dkk menemukan tingkat emisi sangat bervariasi di setiap negara bagian, dari 2,3 sampai 5,2 ton ekuivalen karbondioksida per kilogram bunga ganja kering yang dipanen.
Di Colorado, emisinya sebesar sekitar 2,6 megaton ekuivalen CO2--lebih besar daripada emisi dari tambang batu baranya yang menyumbang sebesar 1,8 megaton ekuivalen CO2. “Emisi yang dihasilkan dari menanam satu ounce (2,35 gram) setara kira-kira membakar 7 sampai 16 galon bensin," kata Summers.
Kebanyakan tanaman ganja di Amerika Serikat ditanam di dalam ruangan karena beberapa negara bagian tak mengizinkan budidaya di luar ruangan. Alasannya, kontrol kualitas selain juga tanaman berisiko dicuri.
Itu artinya mayoritas emisi gas rumah kacanya datang dari sistem pengendali iklim ruangan lewat produksi listrik dan konsumsi gas alam, pencahayaaan intensitas tinggi pengganti sinar matahari, dan suplai karbondioksida untuk akselerasi pertumbuhan tanaman.
"Salah satu tantangannya terkait ini adalah profit margins begitu besar sehingga Anda tidak perlu membuat keputusan yang identik dengan penggunaan super-energi," kata Jason Quinn, anggota tim peneliti.
Tim menyarankan adanya pergeseran ke penanaman ganja di luar ruangan karena bisa menurunkan kebutuhan energi dan emisinya. Set-up dalam ruangan yang biasa diterapkan saat ini juga bisa diubah menjadi lebih ramah penggunaan energi dengan beralih ke bola lampu LED dan menyesuaikan ulang sistem kontrol iklimnya.
Di Colorado saja, perubahan itu dipercaya bisa menghemat emisi 2,1 ton ekuivalen CO2, atau 1,3 persen dari total emisi di negara bagian itu.
Jejak polusi karbon dari industri ganja diperkirakan jauh lebih besar pada kenyataannya dibandingkan hasil studi tersebut. Ini karena tim tidak memperhitungkan emisi yang terkait proses penyimpanan dan pengolahan. Belum lagi produksi dari kebun atau ladang yang ilegal.
Baca juga:
PBB Putuskan Ganja Tak Terlarang, Ini Kata Dokter Obat Tradisional Indonesia
Profil energi dari produksi pasar gelap ganja disebut sangat berbeda karena kerap melibatkan generator berbahan bermesin diesel dalam proses produksi. "Mesin-mesin itu lebih tidak efisien dan polusif per kilowatthour daripada listrik," kata Evan Mills, anggota tim yang lainnya yang juga pernah bekerja di Lawrence Berkeley National Laboratory di California.
NEW SCIENTIST | NATURE