TEMPO.CO, Jakarta - Goggle baru tentara Amerika bisa membantu para personel infanteri melihat 'menembus' tembok pertahanan kendaraan tempur. Para personel infanteri itu akan memiliki kewaspadaan terhadap situasi yang tidak paralel secara sekaligus karena disuplai banyak data bak dalam game Call of Duty, bahkan lebih dari itu.
Militer Angkatan Darat Amerika mengembangkan apa yang disebut alat bantu penglihatan (goggle) Integrated Visual Augmentation System (IVAS) yang didesain untuk perang jarak dekat. Dibuat dengan platform Hololens 2 dari Micorosoft, sebanyak 40 ribu ribu goggle senilai $1,1 miliar (lebih dari Rp 15 triliun) itu diharapkan bisa disebar untuk para personelnya yang berada di garis depan mulai akhir tahun ini.
Baca juga:
Baju Tempur Masa Depan Rusia Sotnik, Antipeluru Senapan Mesin Berat
Goggle ini mengakses suplai data dari kamera-kamera yang bisa bergerak ke segala arah (omnidirection) yang terpasang di bagian luar kendaraan-kendaraan tempur. Ini yang memampukan satu skuad terdiri dari enam tentara yang berlindung di balik sebuah kendaraan infanteri Bradley atau Stryker, misalnya, melihat apa yang ada di balik kendaraan tempur yang melindungi mereka itu, mendapatkan gambaran lebih jelas akan situasi yang ada.
"Sekarang kami di lapangan tak lagi perlu ke luar dari kendaraan tempur dan menghadapi situasi berbahaya hanya untuk mendekati sebuah lokasi dan mencari tahu apa yang terjadi," kata Sersan Philip Bartel dari Tim Tempur, Brigade Stryker 1-2.
Dia menambahkan, setiap komandan akan mampu membuat manuver dan melihat target tanpa harus meninggalkan zona amannya di kendaraan tempurnya. "Memposisikan kendaraan untuk kepentingan pengamatan via kamera akan meminimalkan korban nyawa dan akan mengubah secara drastis bagaimana kami beroperasi dan efektivitas di medan tempur."
Bukan itu saja, Angkatan Darat Amerika mendesain goggle IVAS untuk beraksi sama seperti heads-up displays (HUD) di jet-jet tempur. Informasi yang diproyeksikan di layar atau lensanya termasuk peta, video, dan kemampuan penglihatan malam (night vision).
Goggle ini akan menggantikan kebiasaan tentara Amerika di lapangan mencari dan mengeluarkan lembaran peta dari dalam sakunya. Sedang thermal imaging night vision scope akan menggusur kebiasaan menjulurkan laras senjata ke luar dari lokasi persembunyian untuk mengintip--yang memungkinkan keberadaannya menjadi diketahui musuh. Sedang dengan IVAS, pengunanya bahkan bisa mengakses kamera mikrodrone yang diterbangkan ke sebuah lokasi konflik.
Sebuah laporan pada 2020 tentang sistem IVAS melukiskan bagaimana personel berlatih dengan goggle itu. Menurut direktorat di Pentagon yang mengevaluasi peralatan baru, personel dengan IVAS bisa memasuki dan menguasai enam ruangan sekaligus sebagai sebuah tim dalam sebuah kompleks bangunan yang nyata dengan target Synthetic Training Environment yang virtual dan konten menggunakan M4 airsoft rifles dan trackers sintetik.
Infanteri, kavaleri dan insinyur yang mekanis, misalnya, seluruhnya biasanya bergerak di balik kendaraan tempur lapis baja. Mereka tahu ke mana mereka bergerak, dan di mana mereka berada, tapi mereka sering bergantung kepada personel di dalam kendaraan tempur untuk memberi tahu di mana mereka sesungguhnya. Begitu kendaraan berhenti, para personel harus dengan cepat menyesuaikan diri dengan sekelilingnya, menentukan posisi musuhnya, melakukan orientasi diri sendiri untuk pelaksanaan misi.
IVAS bukanlah goggle mirip HUD pertama yang ingin disediakan Angkatan Darat Amerika untuk para personelnya. Proyek sebelumnya yang paling terkenal adalah Land Warrior pada 1990-an. Proyek itu gagal dan akhirnya dihentikan karena alat terlalu berat, sulit digunakan, dan karenanya kontraproduktif.
Baca juga:
Prancis Izinkan Aplikasi Teknologi Tentara Bionik, Gara-gara Cina?
Adapun kunci penting di balik goggle IVAS adalah platforms Hololens 2 Microsoft. Perangkat ini sudah diluncurkan Microsoft sejak 2016 dan terus mengalami pengembangan hingga versi Hololens 2 saat ini. Beberapa keluhan yang pernah muncul adalah soal grafis pada layar dan mata lelah dan pusing ketika mengenakannya terlalu lama.
POPULAR MECHANICS | FORBES