Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penampakan Ekor Bulan dari Kamera Teleskop

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Animasi yang menunjukkan bagaimana ekor natrium bulan muncul dari Bumi. Hanya beberapa hari setelah setiap bulan baru, ekor terlihat dari Bumi. Kredit: James O'Donoghue/Space
Animasi yang menunjukkan bagaimana ekor natrium bulan muncul dari Bumi. Hanya beberapa hari setelah setiap bulan baru, ekor terlihat dari Bumi. Kredit: James O'Donoghue/Space
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Seperti komet yang membumbung tinggi di kosmos, bulan diikuti oleh ekor tipis materi yang diradiasi, dan Bumi melewatinya sebulan sekali.

Baca:
Lahar Dingin Gunung Merapi Mulai Bergerak Menuju 2 Sungai 

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan 3 Maret di jurnal JGR Planets, sebagaimana dikutip Space, 13 Maret 2021, ekor bulan itu terbuat dari jutaan atom natrium yang terlempar keluar dari tanah bulan dan ke luar angkasa oleh serangan meteor dan kemudian didorong ratusan ribu mil ke hilir oleh radiasi matahari.

Selama beberapa hari dalam sebulan, ketika bulan baru berada di antara Bumi dan matahari, gravitasi planet kita menyeret ekor natrium itu menjadi berkas panjang yang membungkus atmosfer Bumi sebelum meledak ke luar angkasa di sisi yang berlawanan.

Ekor bulan tidak berbahaya dan tidak terlihat dengan mata telanjang. Namun, selama beberapa hari di bulan baru setiap bulan, pancaran sinar menjadi terlihat oleh teleskop berkekuatan tinggi yang dapat mendeteksi cahaya oranye redup natrium di langit.

Menurut penulis penelitian, pancaran sinar tersebut kemudian muncul sebagai titik kabur dan bercahaya di langit yang berhadapan dengan matahari, sekitar lima kali diameter bulan purnama dan 50 kali lebih redup dari yang bisa dilihat mata manusia.

Para peneliti pertama kali mendeteksi "titik natrium" ini pada tahun 1990-an. Tetapi meskipun titik itu selalu muncul pada waktu yang sama dalam siklus bulan, kecerahannya berubah-ubah secara liar.

Untuk memahami alasannya, penulis studi baru ini menggunakan kamera langit (yang dapat mengurai panjang gelombang samar cahaya yang dilepaskan oleh elemen tertentu, seperti natrium) untuk mengambil sekitar 21.000 gambar bulan, dari 2006 hingga 2019.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mereka memperhatikan beberapa pola yang dapat diprediksi - misalnya, bintik itu tampak lebih cerah ketika orbit bulan membawanya lebih dekat ke Bumi - tetapi juga tidak terduga.

Data meteor menunjukkan bahwa ekor bulan bersinar lebih terang selama berbulan-bulan ketika laju meteor sporadis (yaitu, meteor yang bukan bagian dari hujan biasa) lebih tinggi di atas Bumi.

Saat Bumi dihantam meteor, begitu pula bulan. Dan pertemuan meteor sporadis memiliki korelasi yang lebih besar dengan kecerahan titik bulan daripada hujan berulang, seperti hujan meteor Leonid, yang memuncak setiap November.

Alasannya, menurut peneliti, kemungkinan meteor sporadis memiliki potensi untuk menjadi lebih cepat, lebih besar dan lebih energik daripada rekan mereka dalam hujan meteor yang dapat diprediksi, penulis penelitian menyarankan.

Meteor yang menghantam bulan dengan kekuatan lebih cenderung meledakkan natrium lebih tinggi ke atmosfer, kata para peneliti, yang menciptakan kawanan atom yang lebih besar untuk foton matahari (partikel elektromagnetik) bertabrakan dan mendorong ke arah Bumi.

Jika asteroid yang cukup besar menabrak bulan dengan kekuatan yang cukup, ia bahkan dapat menghasilkan bintik natrium yang dapat dilihat oleh siapa pun di Bumi dengan mata telanjang, kata James O'Donoghue, ilmuwan planet di Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang, kepada The New York Times.

Sumber: SPACE.COM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

20 jam lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

Seperti situs Gunung Padang, ada banyak laporan penelitian yang pernah dicabut dari jurnal ilmiah internasional. Cek asal negaranya yang terbanyak.


Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

1 hari lalu

Menhir situs megalitik Gunung Padang yang sudah terlilit akar di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

Pencabutan artikel Gunung Padang pada 18 Maret 2024 didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Berapa Banyak Natrium alias Garam yang Dibutuhkan Tubuh Saban Hari?

1 hari lalu

Ilustrasi menaburkan garam. shutterstock.com
Berapa Banyak Natrium alias Garam yang Dibutuhkan Tubuh Saban Hari?

Natrium alias garam akan merusak tubuh jka dikonsumsi secara berlebihan, akan tetapi kandungan ini nyatanya pun dibutuhkan untuk tubuh


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

1 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

4 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

Topik tentang kronologi pencabutan artikel arkeologi situs Gunung Padang dari Jurnal Wiley menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

6 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

Penerbit menyebut laporan penelitian situs Gunung Padang yang dibuat Danny Hilman dkk mengandung kekeliruan besar, terkait penanggalan karbon.


Inilah Daftar Kota di Seluruh Dunia dengan Durasi Puasa Ramadan 2024 Terpanjang

7 hari lalu

Ilustrasi anak-anak menunggu berbuka puasa di Jakarta, Selasa 14 April 2020. TEMPO/Subekti.
Inilah Daftar Kota di Seluruh Dunia dengan Durasi Puasa Ramadan 2024 Terpanjang

Umat Islam yang tinggal di negara-negara belahan bumi bagian utara harus berpuasa relatif lebih lama daripada bumi bagian selatan.


Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

9 hari lalu

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

Bulan tampak berwarna merah selama Gerhana Bulan Total terjadi. Hal ini disebabkan karena proses yang disebut hamburan Rayleigh.


SpaceVIP Tawarkan Makan di Ruang Angkasa, Biayanya Rp7,7 Miliar per Orang

11 hari lalu

Pesawat ruang angkasa SpaceVIP yang akan membawa enam penumpang makan di atmosfer Bumi (Instagram/@restaurantalchemist)
SpaceVIP Tawarkan Makan di Ruang Angkasa, Biayanya Rp7,7 Miliar per Orang

Bukan hanya perjalanan ke ruang angkasa yang spesial, makanan yang disajikan pun istimewa hasil kolaborasi dengan chef restoran Bintang Michelin.


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

11 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.