TEMPO.CO, Canberra - Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan dirinya tidak khawatir dengan keputusan negara-negara Eropa yang menangguhkan penggunaan vaksin virus corona AstraZeneca.
Baca:
F-15 EX, Jet Tempur Baru Peluncur Rudal Hipersonik Amerika
Denmark, Norwegia, dan Islandia semuanya telah menghentikan peluncuran vaksin AstraZeneca dan Oxford itu setelah dikaitkan dengan masalah penggumpalan darah pada penerimanya.
Menanggapi kekhawatiran tersebut pada Jumat, 12 Maret 2021, Morrison, yang juga menjabat sebagai pelaksana tugas menteri kesehatan, menuturkan dia yakin dengan langkah-langkah pengendalian kualitas Australia.
"Tentunya (Therapeutic Goods Administration) mencermati laporan-laporan ini ketika masuk, tetapi mereka melakukan pengujian batch vaksin sendiri," katanya. "Saya melihat mereka melakukannya sebelumnya pada pekan ini."
"Kami punya proses yang sangat solid untuk memeriksa itu," katanya.
Pemerintah Australia telah sepakat membeli 53,8 juta dosis vaksin AstraZeneca, jauh lebih banyak dibandingkan vaksin lainnya, dan 50 juta dosis akan diproduksi di dalam negeri.
Kepala Petugas Medis Paul Kelly mengungkapkan saat ini tidak ada bukti vaksin tersebut mengakibatkan penggumpalan darah.
"Keamanan adalah prioritas pertama kami dan dalam peluncuran vaksin skala besar seperti ini, kami perlu memantau dengan hati-hati untuk setiap kejadian yang tidak biasa sehingga kami akan menemukannya," tuturnya dalam sebuah pernyataan.
Hingga Jumat, Australia telah memberikan sekitar 135.000 vaksin.
Pada hari yang sama, Morrison membela tingkat vaksinasi itu setelah Asosiasi Medis Australia (AMA) memperingatkan bahwa pemerintah tidak akan dapat mencapai target vaksinasi seluruh populasi pada Oktober karena terhambat kekurangan pasokan.
XINHUA | ANTARA