TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio menjelaskan perkembangan vaksin Merah Putih. Menurutnya, Maret ini memasuki batas waktu yang sudah ditargetkan.
Baca:
Vaksin AstraZeneca dan Pembekuan Darah, Eijkman Pantau Kasus di Eropa
“Akhir Maret ini, sudah dalam proses transisi penyerahan bibit vaksin itu ke PT Bio Farma,” ujar dia saat dihubungi, Selasa, 16 Maret 2021.
LBM Eijkman merupakan salah satu dari enam lembaga yang mengembangkan vaksin Covid-19 secara lokal. Lima institusi lainnya adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Airlangga (Unair).
LBM Eijkman juga disebut-sebut sebagai pengembang vaksin Merah Putih tercepat dibandingkan institusi lainnya.
Namun, Amin yang juga Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu menambahkan, setelah bibit vaksin diberikan kepada PT Bio Farma, masih ada proses lain yang harus dilakukan. “Itu memang dilakukan di industri yang memiliki fasilitas cara pembuatan obat yang benar,” tutur Amin.
Artinya, peraih gelar Ph.D dari Osaka University/Kobe University itu, akan ada proses di industri, termasuk uji pra klinis, uji klinis satu, dua, dan tiga. Menurutnya masih butuh sekitar satu tahun lagi. “Diharapkan pertengahan tahun depan kita mendapatkan emergency use of authorization,” kata pria kelahiran Semarang, 67 tahun lalu itu.
Hal itu juga sebelumnya disampaikan oleh Juru Bicara dan Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma Bambang Heriyanto yang memperkirakan proses uji klinis vaksin Merah Putih baru selesai pada kuartal III 2022.
Dia menambahkan saat ini perusahaan sedang menunggu regulasi dari pemerintah. "Nanti di Bio Farma akan dilakukan optimasi dulu, kemudian uji praklinis, uji klinis fase 1, uji klinis fase 2 dan uji klinis fase 3. Perkiraan baru selesai pada kuartal III 2022," ujar Bambang, 13 Februari 2021.
Sebelumnya pemerintah memperkirakan vaksin Merah Putih diproduksi tahun ini. Meski demikian, diundurnya jadwal produksinya menjadi pertengahan 2022 tidak dapat dihindari.
Saat ini, LBM Eijkman masih menyelesaikan proses awal, yakni pembibitan. Dengan metode yang digunakan, Eijkman mengisolasi satu virus yang didapatkan pada April 2020, untuk kemudian dipelajari virus lain, dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk sel, dan dikirim dalam bentuk bibit ke Bio Farma.
Sementara, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi mengatakan produksi massal tersebut harus menunggu izin penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA) dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Adapun, izin penggunaan darurat oleh BPOM untuk vaksin Merah Putih kemungkinan baru akan keluar pada pertengahan 2022. Sebelumnya Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional menargetkan pertengahan tahun ini uji klinis vaksin Merah Putih rampung dan bisa diproduksi massal pada akhir 2021.