TEMPO.CO, Jakarta - Per Selasa pekan ini Siprus, Luksemburg, Latvia dan Swedia menambah daftar negara-negara di Eropa yang memutuskan menghentikan sementara penggunaan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca-Oxford. Sebelumnya sederet negara lain telah lebih dulu membekukan proses vaksinasi AstraZeneca seperti Spanyol, Jerman, Prancis, Italia, Belanda, Irlandia, Islandia, Denmark, dan Norwegia.
Gara-garanya, sejumlah kecil kasus penggumpalan atau pembekuan darah pasca-vaksinasi. Dua di antaranya, masing-masing di Denmark dan Norwegia, berujung si peserta vaksin meninggal.
Meski diyakini jumlah kasus kejadiannya tidak banyak dan belum tentu terkait dengan vaksin yang diberikan, resonansi dari kasus-kasus tersebut sangat kuat. Negara-negara tersebut rata-rata menetapkan penghentian sementara selama dua minggu dan menekankannya sebagai langkah kehati-hatian.
"Sampai risiko-risikonya bisa dievaluasi Badan Obat-obatan Eropa (EMA)," seperti dikatakan Menteri Kesehatan Spanyol, Carolina Darias, dalam pengumumannya, Senin lalu.
Di Italia, pada hari yang sama, penghentian sementara diputuskan selang beberapa jam setelah jaksa di Italia Utara memerintahkan satu batch vaksin disita. Disebutkan kalau seorang pria telah jatuh sakit dan meninggal setelah divaksinasi.
Gonjang ganjing vaksin AstraZeneca di Eropa berawal dari kematian satu peserta vaksinasi di Denmark pada pekan lalu--yang belum pasti terkait dengan vaksin. Satu kasus kematian lain juga dilaporkan terjadi di Norwegia pada Senin lalu, bersama sejumlah kasus lain yang non-fatal di kedua negara. Per pekan lalu tercatat ada 30 kasus pembekuan darah peserta vaksinasi dari negara-negara di Eropa.
EMA sebenarnya mendorong negara-negara tetap lanjut mendistribusikan dosis vaksin AstraZeneca kepada setiap warganya sambil mereka menyelidiki isu pembekuan darah tersebut. EMA rencananya akan menggelar pertemuan pada Kamis pekan ini untuk mengumumkan hasil investigasinya tersebut.
Baca juga:
Terungkap, Kenapa Pasien Parah Covid-19 Alami Pembekuan Darah
Menurut EMA, manfaat dari vaksin AstraZeneca melampaui potensi risikonya. Mereka, hingga Selasa lalu, masih yakin dengan keputusannya saat memberi izin penggunaan darurat vaksin tersebut pada akhir Januari lalu.