TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Obat Uni Eropa (EMA) menyatakan masih yakin dengan manfaat vaksin Covid-19 AstraZeneca yang lebih besar daripada risiko yang mungkin dipicunya. Pernyataan disampaikan Kamis, 18 Maret 2021, menyusul investigasi terhadap sejumlah laporan munculnya kelainan pada darah peserta vaksinasi.
Seperti diketahui, kemunculan kasus tersebut sekalipun dipandang terlalu kecil dibandingkan populasi yang sudah disuntikkan dengan dosis vaksin itu menyebabkan belasan negara menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca. Dari 30 kasus kelainan darah itu, dua di antaranya bersifat fatal yakni di Denmark dan Norwegia.
Adapun sikap EMA bergeming dengan sebelumnya yakni vaksin aman dan efektif. Itu sekalipun direktur jenderalnya, Emer Cooke, mengatakan kalau investigasi panel pakar di badan tersebut tidak dapat menghilangkan secara tegas adanya kaitan antara vaksin itu dengan sejumlah kecil kasus penggumpalan darah yang parah.
"Kami akan memperbarui panduan untuk menyertakan penjelasan mengenai risiko-risiko potensial yang ada bagi para dokter dan juga publik," kata Cooke menjanjikan sambil menambahkan akan ada investigasi lanjutan.
EMA mengalami tekanan untuk bisa segera memberi kepastian tentang keselamatan penggunaan vaksin AstraZeneca. Penyebabnya, sejumlah kecil laporan--dibandingkan 17 juta dosis yang sudah dibagikan--yang muncul sejak pekan lalu tentang peserta penerima vaksin itu menderita pendarahan, penggumpalan darah, dan low platelet counts.
Baca:
Heboh Vaksin AstraZeneca dan Penggumpalan Darah, Ini Kronologisnya
Kajian EMA mencakup lima juta orang, termasuk di dalamnya 30 kasus kelainan pada darah yang tidak biasa di antara negara-negara anggota uni Eropa. Fokus dan keprihatian terbesar EMA adalah kasus penggumpalan darah di kepala, sebuah kondisi jarang terjadi dan sulit diatasi yang disebut cerebral venous thrombosis (CVT) atau sebuah subbentuk yang dikenal sebagai cerebral venous sinus thrombosis (CVST).
GLOBALNEWS |BBC