Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bahan Pempek Ikan Belida Makin Langka, Konservasi Ikan Endemik Harus Dilakukan

Reporter

image-gnews
Ikan Belida dalam akuarium di restoran River Side kawasan Benteng Kuto Besak, Palembang, Selasa, 22 Januari 2019 (TEMPO/ Bram Setiawan)
Ikan Belida dalam akuarium di restoran River Side kawasan Benteng Kuto Besak, Palembang, Selasa, 22 Januari 2019 (TEMPO/ Bram Setiawan)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Populer dengan nama Pempek, dahulu makanan berbahan dasar sagu dan ikan belida ini disebut masyarakat setempat dengan nama ‘Kelesan’. Bukan tanpa makna, kata ‘Kelesan’ bermula dari alat yang dipakai ketika menghaluskan daging ikan, alat ini pun berbentuk cembung dengan dengan teknik pakainya dengan cara di-‘keles’, maksudnya ditekan-tekan di atas serupa  alas papan cucian.  

Ikan belida yang dulu menjadi bahan dasar makanan khas Sumatera Selatan, pempek ini merupakan jenis ikan yang yang merupakan fauna endemik sungai besar di Pulau Sumatera, yakni Sungai Musi. Selain tempat habitat asli ikan Belida, Sungai Musi juga dikenal sebagai habitat penting ikan endemik lokal lainnya seperti nilen, baung. 

Mulanya istilah ‘keles’ ketika untuk menghaluskan ikan terbuat dari batok kelapa yang di setiap sisi diberi  lubang-lubang. Namun seiringnya berkembangnya zaman, alat tersebut tidak lagi digunakan sebab jumlah produksi yang tinggi dan diganti dengan teknologi terbaru seperti  mesin penggiling.

Namun seakan perkembangan waktu, jumlah populasi ikan endemik bernama latin Chitala lopis itu kiat surut. Mengutip dari Mangobay, salah satu alasan mengapa populasi Belida yang kian surut sebab penangkapan untuk produksi yang tidak seimbang, dengan terjadinya pemburuan oleh warga tanpa jeda dan tidak mengikuti prosedur konservasi.  Seperti yang diketahui hasil tangkapan ikan ini akan digunakan oleh warga setempat sebagai bahan baku pembuatan makanan khas Sumatera Selatan, yakni pempek.

Baca: Langka Jadi bahan Pempek, Ikan Belida Kini Jadi Hiasan

Konservasi ini sendiri secara lebih rinci juga diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.60/2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan yang di dalamnya diatur tentang pengelolaan konservasi atau habitat ikan. Dimana kegiatannya prosesnya tidak dapat dipisahkan dengan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara keseluruhan. Lebih lagi di dalam UU terkait tatalaksana konservasi sudah diatur dalam UU No.31/2004 tentang Perikanan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di lain sisi, aktivitas transportasi air dianggap mempengaruhi habitat ikan belida. Begitu kata Marlin Hafizah, ia mengatakan Ikan Belida susah dicari karena wara-wiri kendaraan air. Tampak di Sungai Musi Bus Air, atau Tongkang yang mengangkut Batu Bara, di setiap tepi sungai musi tampak banyak dipenuhi pabrik.

Ikan dengan morfologi pipih itu disebut belido oleh orang Palembang, kini sudah masuk Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai upaya memperkuat penyelamatan satwa dilindungi, di peraturan Permen LHK No.20/2018 menerangkan semua famili Notopteridae dilindungi, seperti Belida Borneo, Belida Sumatera, Belida lopis, Belida Jawa.

Salah satu bentuk upaya konservasi yang bisa dilakukan ialah restocking ikan belida endemik di habitatnya ini bertujuan untuk melakukan perlindungan. Upaya restoking masih belum cukup, masih perlu juga edukasi kepada warga setempat memahami jadwal ikan pada musim-musim tertentu dan dilakukan secara selektif ketika penangkapan.

TIKA AYU

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Puluhan Perusahaan Daftar Izin Pengerukan Pasir Laut

3 hari lalu

Ilustrasi pengerukan pasir laut. Freepik
Puluhan Perusahaan Daftar Izin Pengerukan Pasir Laut

Sebanyak 66 perusahaan mendaftar izin pengerukan pasir laut ke Kementerian Kelautan dan Perikanan.


Kasus Landak Jawa, Kajati Bali Ungkap Pertimbangan Tuntut Bebas Nyoman Sukena

4 hari lalu

I Nyoman Sukena, 38 tahun, menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Denpasar, Bali. Ia menjadi terdakwa karena memelihara empat ekor landak jawa (Hysterix Javanica) yang masuk dalam kategori hewan dilindungi. Foto: ANTARA/Rolandus Nampu
Kasus Landak Jawa, Kajati Bali Ungkap Pertimbangan Tuntut Bebas Nyoman Sukena

Kepala Kejati Bali, Ketut Sumedana, mengungkapkan alasan pihaknya menuntut bebas pemelihara landak Jawa, Nyoman Sukena.


Jaksa Tuntut Bebas I Nyoman Sukena yang Pelihara Landak Jawa

4 hari lalu

I Nyoman Sukena, 38 tahun, menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Denpasar, Bali. Ia menjadi terdakwa karena memelihara empat ekor landak jawa (Hysterix Javanica) yang masuk dalam kategori hewan dilindungi. Foto: ANTARA/Rolandus Nampu
Jaksa Tuntut Bebas I Nyoman Sukena yang Pelihara Landak Jawa

JPU Kejati Bali menuntut bebas terdakwa I Nyoman Sukena, warga Badung, yang memelihara satwa dilindungi, Landak Jawa


KKP Dorong Obligasi Terumbu Karang untuk Danai Konservasi

11 hari lalu

Sekretaris Ditjen Kelautan dan Ruang Laut, Kusdiantoro saat menjelaskan Inovasi pendanaan Coral Bond merupakan obligasi karang pertama di dunia setelah Rhino Bond tahun 2022 yang fokus pada biota terestrial. Dok. KKP
KKP Dorong Obligasi Terumbu Karang untuk Danai Konservasi

Obligasi terumbu karang menjadi alternatif pembiayaan tata kelola kawasan konservasi. Hasil kerja sama Bank Dunia beserta KKP, Bappenas, dan BPDLH.


Selandia Baru Naikkan Biaya Masuk Turis Asing Mulai Oktober 2024

14 hari lalu

Paparoa Great Walk, wisata untuk yang suka berpetualang. Dok. Tourism New Zealand
Selandia Baru Naikkan Biaya Masuk Turis Asing Mulai Oktober 2024

Selandia Baru akan menaikkan biaya masuk bagi pengunjung internasional konservasi serta pariwisata dari Rp337 ribu menjadi Rp962 ribu.


Desa Sari Mulyo Kembangkan Kawasan Mina Wisata Puncak Patra

17 hari lalu

Pemerintah Desa Sari Mulyo bersama jajaran Forkopim Kecamatan Kemusu, Boyolali, Jawa Tengah, melepaskan merpati saat peresmian Desa Mina Wisata Sari Mulyo Puncak Patra, Sabtu, 31 Agustus 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Desa Sari Mulyo Kembangkan Kawasan Mina Wisata Puncak Patra

Pemerintah Desa Sari Mulyo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali mengembangkan kawasan desa mina wisata


Daftar Formasi CPNS KKP 2024 untuk Lulusan SMA hingga S2 dan Kisaran Gajinya

28 hari lalu

Pemerintah membuka 2.302.543 formasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk tahun 2024.
Daftar Formasi CPNS KKP 2024 untuk Lulusan SMA hingga S2 dan Kisaran Gajinya

Berikut daftar lengkap formasi CPNS KKP 2024 untuk lulusan SMA, S1, dan S2 serta kisaran gajinya.


19 Agustus Diperingati Hari Orangutan Internasional, Ini 6 Fakta Tentang Orangutan

30 hari lalu

Aksi orangutan di Semenggoh Nature Reserve Sarawak, Sabtu 29 Juni 2024. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO
19 Agustus Diperingati Hari Orangutan Internasional, Ini 6 Fakta Tentang Orangutan

Setiap 19 Agustus diperingati sebagai Hari Orangutan Internasional yang berfokus pada konservasi orangutan dan habitat alaminya.


5 Pesut Mahakam Mati Sepanjang Tahun Ini, Nekropsi: Gagal Jantung, Gagal Napas, Infantisida

47 hari lalu

Anggota Komunitas Save Pesut Mahakam Hanson saat melakukan evakuasi bangkai pesut yang ditemukan di Sungai Mahakam, Desa Rantau Hempang, Kecamatan Muara Kaman, Kukar, 26 Maret 2017. FIRMAN HIDAYAT/SAPRI MAULANA
5 Pesut Mahakam Mati Sepanjang Tahun Ini, Nekropsi: Gagal Jantung, Gagal Napas, Infantisida

Sebanyak tiga dari kematian lima Pesut Mahakam itu didapati di kawasan taman nasional perairan.


Telkom Kumpulkan Generasi Muda Pada Bootcamp Peduli Konservasi

47 hari lalu

Foto bersama peserta Program Edukasi Konservasi PT. Telkom, di area konservasi Bukit Siregol, Desa Kramat, Purbalingga, Jawa Tengah, 26 Mei 2024. Program ini bertujuan untuk mewadahi generasi muda dan berbagai komunitas lingkungan untuk melakukan sharing knowledge mengenai keilmuan konservasi, kebencanaan dan lingkungan. Dok. Telkom
Telkom Kumpulkan Generasi Muda Pada Bootcamp Peduli Konservasi

Program diharapkan dapat meningkatkan optimisme terhadap kehidupan berkelanjutan yang lebih baik.