TEMPO.CO, Jakarta - Dampak ekonomi dari kekurangan chip semikonduktor global dalam beberapa bulan sejak tahun 2020 mulai dirasakan industri smartphone. Para produsen ponsel terus bergulat dengan tantangan kenaikan biaya produksi.
Baca:
Xiaomi Indonesia Bakal Rilis Redmi Note 10 pada 30 Maret
Hal itu mulai dirasakan Presiden Xiaomi Wang Xiang. Dia menjelaskan, perusahaannya sudah mengalami kenaikan biaya produksi karena kekurangan chip untuk smartphone.
“Kemungkinan besar kenaikan biaya produksi akan menyebabkan harga smartphone yang akan datang lebih tinggi,” ujar dia, seperti dikutip Gizmochina, Kamis, 25 Maret 2021.
Awalnya, kelangkaan chip mempengaruhi industri otomotif. Bahkan hal itu menyebabkan penutupan beberapa pabrik produksi khusus chip di Amerika Serikat dan tempat lain.
Beberapa bulan yang lalu, beberapa pemerintah mengambil langkah untuk merangsang produksi. Namun, langkah ini belum memberikan hasil, karena masalah baru muncul yaitu meningkatnya permintaan.
Sekarang tampaknya para pembuat ponsel secara bertahap merasakan dampak dari kekurangan itu karena biaya produksi yang terus meningkat.
“Namun, Xiaomi akan terus menawarkan harga yang kompetitif. Dan akan mencari cara untuk mengoptimalkan proses produksinya,” kata Wang Xiang.
Beberapa pembuat chip telah mengumumkan rencana untuk ekspansi dalam hal kapasitas. Tetapi dampaknya terhadap pasokan chip global mungkin baru terlihat setelah dua tahun, karena harus melalui proses rumit dan kompleks yang terlibat dalam produksi chip.
Namun secara umum, pembuat chip telah berjuang untuk memenuhi kekurangan pasokan dari berbagai pelanggan di seluruh spektrum. Beberapa pengamat industri memperkirakan, kekurangan global saat ini dapat berlanjut hingga akhir tahun.
GIZMOCHINA | GIZCHINA