TEMPO.CO, Bandung - Pusaran angin puting beliung menerjang setidaknya dua lokasi di daerah Dago, Bandung, pada Ahad sore, 28 Maret 2021. Beberapa rumah dan warung mengalami kerusakan serta 41 gardu listrik sempat padam.
Baca:
BMKG: Sebagian Indonesia Berpotensi Hujan Disertai Angin Kencang
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat dua kejadian itu pada pukul 15.57 WIB di sekitar Jalan Dipatiukur, Kota Bandung. Kemudian lokasi kedua pada sekitar pukul 16.00 WIB di Desa Mekarsaluyu, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.
Dari beberapa video amatir yang beredar, terjangan angin kencang di Desa Mekarsaluyu itu mematahkan batang pohon, sebagian pohon lain tercabut dari tanah, menerbangkan aneka material rumah, setidaknya selama 1 menit. Dampaknya selain membuat atap-atap rumah warga bolong, hilang dilepas angin, beberapa bangunan dari bahan kayu ambruk rata dengan tanah.
Sebuah tiang listrik besar ikut tumbang melintang di jalan. Laporan dari PLN, ada 41 gardu listrik yang ikut terdampak. Petugas memulihkannya bertahap pasca kejadian.
Sementara BPBD Jawa Barat masih mendata kerusakan bangunan. Dalam laporan sementara, warga yang kena terjangan angin itu berada di sekitar Jalan Ciharalang RW 3,4,5,6.
Menurut Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Teguh Rahayu dalam keterangan tertulis, kecepatan angin maksimum yang tercatat mencapai 28 kilometer per jam pada pukul 15.00 WIB, Ahad.
Namun ada kecepatan angin yang berubah cepat secara mendadak karena ketidakstabilan kondisi atmosfer. Kondisi itu menyebabkan kecepatan angin dapat naik tiba-tiba dengan tambahan kurang lebih 10-15 knot atau 18,5– 28 kilometer per jam.
“Sehingga perubahan angin (wind gust) yang terjadi bisa mencapai 56 kilometer per jam,” katanya.
Berdasarkan data BMKG, ada faktor pendukung kemunculan angin puting beliung itu yang sangat dipengaruhi oleh kondisi atmosfer lokal yang tidak stabil. BMKG mencatat perbedaan lebih dari 8 derajat Celsius pada suhu minimum dan maksimum, yaitu 21,1 hingga 30,6 derajat Celcius.
“Kondisi ini sangat mendukung terjadinya puting beliung karena sangat mempengaruhi sirkulasi lokal dan perubahan tekanan lokal secara signifikan di wilayah Bandung,” ujarnya.
ANWAR SISWADI